Teknologi Hidrogen Jadi Energi Andalan di Masa Depan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Potensi energi baru terbarukan (EBT) hidrogen yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia tersebar terutama di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Papua.
Hal ini menunjukkan masa depan hidrogen terutama di sektor industri transportasi bisa berkontribusi bagi terkejarnya target netralitas karbon Pemerintah di tahun 2060.
Advertisement
Di sisi lain, pemerintah mengklaim Indonesia memiliki potensi memproduksi listrik dari EBT dengan kapasitas 3.000 gigawatt (GW) dan potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 12,5 GW saat ini.
BACA JUGA: Indonesia Bakal Punya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir pada 2032
Dengan potensi tersebut, pemerintah optimis dapat menambah produksi listrik dari sumber EBT hingga mencapai 21 GW sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021 – 2030. Bahkan Singapura menyatakan menyerap hidrogen hijau produksi Indonesia untuk kebutuhan domestiknya.
Untuk mendorong penggunaan EBT hidrogen, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menggandeng Universitas Gajah Mada (UGM) menggelar rangkaian seminar nasional bertemakan “Percepatan pengembangan ekosistem hidrogen di sektor industri dan transportasi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 di Indonesia".
Presiden Direktur PT TMMIN Nandi Julyanto mengatakan pemanfaatan multi teknologi dari berbagai sumber energi yang berfokus pada reduksi emisi, manjadi suatu keniscayaan untuk mengejar target NZE demi masa depan hijau bagi seluruh generasi. "Terutama di sektor transportasi yang digadang-gadang menjadi salah satu fokus utama dalam dekarbonisasi," ujar Nandi saat membuka Seminar Nasional di Gedung Senat UGM.
Menurutnya, tema tersebut selaras dengan potensi permintaan hidrogen khususnya di sektor transportasi yang semakin agresif. "Sebagai bagian dari solusi transportasi masyarakat Indonesia, katanya, publik advokasi melalui aktivitas seminar nasional ini akan memaparkan tantangan sosial-ekonomi dan transformasi digital dalam pengembangan energi alternatif di sektor transportasi menuju NZE 2060 di Indonesia yang memfokuskan pada teknologi hidrogen,” ujar Nandi.
Pada seminar nasional kali ini hadir para pembicara dari unsur pemerintah, akademisi, dan juga industri. Di antaranya pemaparan keynote speech mengenai visi dan strategi Pemerintah dalam pengembangan energi hijau untuk mencapai target NZE yang akan disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian RI Airlangga Hartarto, yang juga merupakan alumnus UGM. Dilanjutkan dengan sambutan pembuka oleh rektor UGM Prof. Ova Emilia.
Isu-isu yang diangkat dan dipresentasikan pada seminar tersebut sangat menarik. Pembicara dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna memaparkan roadmap energi Indonesia dan statusnya saat ini. Begitu juga presentasi oleh Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yaitu Prof. Eniya Listiani Dewi yang menjelaskan secara komprehensif mengenai pergerakan global, ekonomi hidrogen, dan potensinya di Indonesia.
Prof. Deendarlianto dari Pusat Studi Energi (PSE) UGM ikut menjelaskan mengenai penelitian dari strategi mix energi dan pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia. Dari sisi lain, Amirullah Setya Hardi, dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM membahas mengenai riset marketpenggunaan hidrogen di Indonesia.
Tak lupa, Senior Vice President, Research, & Technology Innovation Pertamina Persero Oki Muraza menginformasikan mengenai strategi apa saja yang dapat diaplikasikan untuk mempercepat penggunaan hidrogen. Materi presentasi ditutup dengan paparan dari Indra Chandra S, selaku perwakilan Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing (TDEM) yang membahas kesiapan teknologi di sektor otomotif dan best practice di negara lain.
Kejar Target NZE Butuh Kolaborasi
Wakil Presiden Direktur PT TMMIN Bob Azam mengatakan, pemanfaatan hidrogen ini juga sejalan dengan misi dekarbonisasi sektor manufaktur yang ditargetkan Kementerian Perindustrian RI pada tahun 2050 atau sepuluh tahun lebih dini dari target yang dicanangkan.
Di sisi lain, Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya dan Mineral) telah menjalankan program Renewable Energy Based in Industrial Development (REBID) dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga air, tenaga surya, panas bumi, biomassa, dan hydrogen.
Pengejaran Net Zero Emission di Indonesia, katanya, multi-parties sudah bergerak untuk membuat 3 ekosistem: Biofuel, Baterai, Hidrogen. "Untuk Hidrogen sudah ada Pertamina, PLN, Pabrik Pupuk, dan Samator. Dengan berbagai strategi hidrogen nasional yang dilakukan semua pihak, nyatanya Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan hidrogen hijau agar tak tertinggal dengan kompetisi global dan tak lain kita segera wujudkan demi generasi kini hingga anak cucu kita di masa depan,” ujarnya.
Andalkan Teknologi Hidrogen
Di samping pengembangan kendaraan berteknologi ICE yang ramah lingkungan dengan efisiensi bahan bakar yang juga rendah emisi, juga kendaraan berteknologi elektrifikasi hingga penggunaan teknologi hidrogen yang menjadi opsi pengembangan bagi industri khususnya manufaktur otomotif.
Salah satu leader teknologi hidrogen, Toyota Motor Corporation (TMC) menghadirkan Toyota Mirai yang mulai diproduksi secara massal pada 2014 lalu. Toyota Mirai merupakan kendaraan berbasis Fuell Cell Electric Vehicle (FCEV) yang tidak lagi mengandalkan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Toyota Mirai yang didesain sebagai mobil berteknologi motor listrik dan berbahan bakar hidrogen hingga saat ini sudah hadir dengan generasi ke-2 yang diluncurkan pada tahun 2019 silam. Selain teknologi FCEV, Toyota juga tengah mengembangkan kendaraan dengan mesin pembakaran internal bertenaga hidrogen (Hidrogen Internal Combustion Engine/HICEV).
Hal ini menandai langkah baru dalam teknologi Toyota untuk mencapai komitmen pencapaian NZE global pada 2050. "Kami meyakini dampak teknologi bersih dapat dirasakan penerapannya yang luas di seluruh pasar global. Dengan fokus utama bagi elektrifikasi teknologi di tahap pertama, fokus pada energi hijau akan menjadi target TMMIN di fase kedua Pembangunan xEV center sementara Mobility akan menjadi fokus di fase ketiga,” ujar Bob Azam.
.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pemerintah Inggris Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pilkada Bantul: TPS Rawan Gangguan Saat Pemungutan Suara Mulai Dipetakan
- BPBD Bantul Sebut 2.000 KK Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Longsor
- Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal
- Akan Dipulangkan ke Filipina, Begini Ungkapan Mary Jane Veloso
- Lima Truk Dam Asal Jogja Buang Sampah ke Saptosari Gunungkidul, Sopir Diamankan Polisi
Advertisement
Advertisement