Advertisement

Akdemisi Kembangkan Media Tanam Padi Terapung, Ini Cara Membuatnya

Sunartono
Kamis, 05 Januari 2023 - 09:07 WIB
Sunartono
Akdemisi Kembangkan Media Tanam Padi Terapung, Ini Cara Membuatnya Pelaksanaan panen padi terapung di Green House Fakultas Pertanian UMY, Rabu (4/1/2023). - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sejumlah akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengembangkan sebuah teknologi pertanian terapung untuk menanam padi. Cara ini sukses diterapkan dan padi berhasil dipanen dengan memanfaatkan kolam di Green House Fakultas Peternakan kampus setempat.

Pakar Agroteknologi UMY Mulyono menjelaskan pembuatan tempat media tanam terapung dibuat rakit berukuran 1,5 x 4 meter dari bambu. Adapun bahan media tanam tersebut terdiri atas serbuk gergaji, kotoran wallet dan rumput kiambang. Karena media tanam menjadi kunci utama dalam pertanian apung, maka sebelum tanam dicampuri dengan pupuk kompos hasil formulasinya dengan ditambah limbah bulu ayam.

Advertisement

BACA JUGA : Sleman Genjot Produksi Padi Sembada Merah & Hitam

“Media tanam seperti serbuk gergaji, limbah bulu ayam, kotoran walet dan rumput kambiang ini dicampur, dikomposkan dengan waktu sekitar sebulan. Setelah itu jika sudah cukup jadi kompos, baru dilakukan penanaman,” katanya, Rabu (4/1/2022).

Ia memilih menanam padi jenis IR64 atau Rojo Lele dengan menggunakan botol plastik yang telah diisi kompos dengan takaran satu banding satu. Setiap satu ember tanah dengan satu ember kompos dicampur. Adapun padi ditanam pada botol plastik berisi kompos berasal dari bibit yang sudah tumbuh berusia sekitar 10 hari.

“Memang saat ini teknologi padi apung masih terbilang mahal namun memiliki jangka panjang yang lebih baik. Tetapi ini sangat tergantung lokasi, kalau di lokasi banyak bambu ya murah tinggal ambil untuk dipakai rakit. Memang ada juga yang menggunakan pipa, tetapi kami dorong kearifan lokal,” katanya.

Rektor UMY Gunawan Budiyanto menjelaskan, teknologi yang dikembangkan UMY 100% menggunakan sumber daya lokal. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kelestarian teknologi tersebut sehingga dengan mudah diterapkan masyarakat. Adapun saat ini teknologi buatan dosen UMY ini telah diterapkan di desa Muhuran, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara dan Desa Minta, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Mulai dari bahan baku pembuatan alat hingga pupuk, mereka bisa dapatkan secara alami.

BACA JUGA : Teknologi Nuklir Bisa Percepat Panen Padi

“Lahan pertanian apung ini bisa memanfaatkan lahan gambut yang ada di rawa-rawa. Lahan gambut ini memiliki banyak manfaat bagi pertanian, tapi di sisi lain tanah gambut juga bisa memberikan dampak buruk bagi iklim. Yang kami manfaatkan sebagai lahan pertanian di sini adalah lahan gambut. Lahan gambut ini sangat bermanfaat bagi pertanian,” katanya.

Menurutnya teknologi apung untuk pertanian ini juga bisa menjadi solusi di tengah lahan sempit serta di area rawa-rawa berbagai wilayah di Indonesia. Teknologi ini hanya mahal biaya di depan, akan tetapi bisa digunakan bertahun-tahun dan panen berkali-kali.

“Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim terutama faktor intensitas hujan karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil. Sehingga diperlukan suatu teknologi inovasi terkait sistem pertanian. Salah satu inovasi teknologi budidaya pada lahan rawan banjir dan rawa yaitu dengan menerapkan sistem pertanian terapung yang UMY kembangkan ini,” kata  Ketua LPM UMY Gatot Supangat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Ilkom UAD Menggelar Comday 11

Ilkom UAD Menggelar Comday 11

Pendidikan | 1 month ago

Berita Pilihan

Advertisement

alt

ASN Akan Dipindah ke Ibu Kota Nusantara Secara Bertahap hingga 2029, Ini Prioritasnya

News
| Jum'at, 19 April 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement