Advertisement

BPO Terus Cetak Ratusan Wirausahawan di DIY

Media Digital
Sabtu, 13 Mei 2023 - 00:47 WIB
Sirojul Khafid
BPO Terus Cetak Ratusan Wirausahawan di DIY Tangkapan layar Suasana pelatihan pemasaran online secara daring, Jumat (12/5/2023). - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

JOGJA—Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) DIY memberikan pelatihan pemasaran online pada pemuda yang berada di seluruh DIY. Program yang merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 40 tahun 2009 menyasar 229 kelompok dengan total peserta 687 orang.

Menurut Kepala BPO DIY, Priya Santosa, pelatihan ini sebagai upaya pengembangan kapasitas pemuda dalam bidang kewirausahaan. Dengan memberikan keterampilan pada pemuda yang hendak membuka usaha, merintis usaha, maupun sudah lama berkecimpung di dunia usaha, harapannya perkembangan bisnisnya semakin pesat.

Advertisement

Program yang sudah memasuki tahun ketiga ini bermula saat pandemi Covid-19, saat banyak usaha yang menurun dan lesu. “Upaya untuk membangkitkan itu melalui pemasaran online. Harapannya melalui pemasaran online, para peserta bisa memiliki kompetensi maksimal, sehingga bisa mengubah mindset dari sisi pemasaran,” kata Priya.

Rangkaian pelatihan pertama berlangsung 9 sampai 12 Mei 2023. Setidaknya ada 30 materi pelatihan, seperti pemilihan dan pengembangan usaha perdagangan, distribusi, dan pemasaran; metode pengajuan izin usaha, BPOM, SIUP, dan Si Bakul; strategi pemasaran melalui marketplace, pembuatan konten untuk pemasaran; media sosial untuk pemasaran; sampai teknik copywriting.

Pengajar merupakan akademisi, praktisi, sampai pemangku kebijakan. Mulai dari pegawai Dinas Koperasi dan UKM DIY, Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY, akademisi Amikom Yogyakarta, sampai Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. Sebagai pelaku di lapangan, mereka akan memberikan gambaran sesuai dengan keahliannya.

“Ini proses panjang yang harus dilalui, mulai coba ke sana. Apabila tidak berkolaborasi lintas sektor tidak akan berjalan. Ada output keberlanjutan yang coba kami bangun, juga berupa monitoring untuk melihat perkembangannya. Setelah selesai pelatihan, mungkin tidak semua berhasil jadi pengusaha, akan jadi bahan evaluasi kami,” kata Priya.

Namun ini sebagai upaya kehadiran pemerintah untuk menciptakan banyak pengusaha di usia muda. Tidak semua orang bisa terserap menjadi pegawai baik di pemerintahan maupun swasta, kuotanya semakin terbatas. Maka pemuda yang memiliki ketertarikan dan potensi di bidang usaha perlu mendapat dukungan, untuk nantinya justru bisa membuka lapangan pekerjaan.

Terlebih potensi usaha baik barang, jasa, atau lainnya terus berkembang. Pemuda memiliki kreatifitas yang nyaris tanpa batas. Di samping pemberian materi, BPO DIY juga memberikan sarana laptop untuk masing-masing peserta. Ini sebagai sarana pendukung pengembangan usaha setelah pelatihan selesai.

Peserta pelatihan di atas pemuda usia 16-30 tahun yang merupakan usulan dari pokok pikiran dewan, yang kemudian mengikuti seleksi. Adapula subjek pelatihan yang berada di kawasan kantong kemiskinan. Tahun ini, ada 30 kelompok yang menyasar wilayah Playen dan Saptosari Gunungkidul. Mereka juga akan mendapatkan fasilitas laptop untuk satu kelompok satu unit.

Adapula subjek pelatihan berupa pemuda mandiri. Subjek di wilayah kantong kemiskinan dan pemuda mandiri merupakan peserta yang sudah terlihat minat bakatnya. Bisa dikatakan mereka masuk pelatihan tahap lanjut. Bentuk pelatihan daring dan luring.

“Wirausaha menjadi prioritas utama yang kami intervensi, kami ingin tidak banyak pemuda yang menganggur. Dari tahun ke tahun ekonomi mulai pulih seiring membaiknya pandemi, intervensi setiap tahun kami terus usulakan dan selalu ditingkatkan kuotanya,” kata Priya.

Salah satu pengusaha yang menjadi narasumber, Dedi Prasetyawan bercerita awal mula dia memulai bisnis. Tahun 2012, saat warung pecel lele baru punya satu varian sambal, dia sudah berinovasi dengan 20 macam jenis sambal. Dedi juga langsung membeli cabai di petani, dengan harga yang pantas untuk petani, tidak terlalu murah seperti tengkulak, tidak terlalu mahal juga seperti di pasar.

“Cabai tidak dijual dalam bentuk mentah, tapi perlu ditingkatkan nilainya,” kata Dedi yang salah satu usahanya berupa Griya Dahar Omah Mbok Jinah di Bantul.

Dalam menjadi pengusaha, Dedi juga berpendapat memperkaya diri bukan tujuan utama. “Saya tinggal di pedesaan, gotong royong masih ada, perlu mengangkat dampak pada masyarakat sekitar. Poin terbesar supaya menginspirasi pemuda ke depannya juga bisa memberikan dampak baik bagi desanya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Program Desa Bersih Narkoba Bisa Menggunakan Dana Desa

News
| Selasa, 23 April 2024, 17:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement