Advertisement

Hasil Penelitian: 5 Persen Konsumen Kental Manis di DIY Diminumkan Balita

Sunartono
Sabtu, 19 Agustus 2023 - 23:07 WIB
Sunartono
Hasil Penelitian: 5 Persen Konsumen Kental Manis di DIY Diminumkan Balita Rektor Unisa Warsiti (kanan), Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat (tengah) dan Profesor Tria Astika Indah dalam pemaparan terkait penelitian kental manis di DIY, Sabtu (19/8/2023). - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama Universitas Aisyiyah Yogyakarta merilis hasil penelitian terkait penggunaan kental manis bagi warga pinggiran di DIY. Hasilnya masih banyak masyarakat yang memahami kental manis sebagai susu dan diberikan kepada balita. Bahkan penelitian itu mengungkap sebanyak 5 persen konsumen kental manis memberikan kepada balita seperti halnya minum susu.

Penelitian itu mengungkap temuan dari 1.000 responden ibu-ibu yang ada lima kabupaten dan kota di DIY, tercatat 22,3 persen atau 231 orang yang menganggap produk kental manis sebagai susu. Kemudian sebanyak 8,9 persen menganggap air dengan rasa susu atau bukan susu, serta 5,6 persen keterangan lain. Selain itu 63,2 persen di antaranya menganggap kental manis sebagai minuman gula yang ditambah dengan susu.

Advertisement

BACA JUGA : Resep Omelet Makaroni untuk Sarapan Sehat Anak

“Tetapi secara perlahan masyarakat mulai memahami bahwa kental manis itu bukan susu. Tetapi masih cukup banyak juga yang menganggap bahwa itu susu,” kata Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, Sabtu (19/8/2023).

Arif menambahkan dari data itu pula terungkap masih ada sekitar 5 persen dari total responden yang memberikan kental manis pada balita. Kemudian 27 persen memberikan kepada orangtua, 55 persen untuk toping makanan dan 13 persen untuk campuran makanan.

“Kemudian alasan memilih kental manis pun beragam, ada 23 persen karena harganya murah, 7 persen sudah turun temurun dari keluarga, 34 persen karena praktis. Ini memang perlu diedukasi, tujuan kami edukasi karena ini kandungan gulanya cukup tinggi,” katanya.

Guru Besar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta Profesor Tria Astika Indah yang turut tergabung dalam penelitian itu mengungkap kental manis memang tidak direkomendasikan untuk balita karena bukan susu. Hal itu karena kandungan gula terlalu tinggi. Padahal sesuai dengan Permenkes No.30/2013 bahwa anjuran mengonsumsi gula yaitu 10 persen dari total energi 220 kalori atau setara dengan empat sendok makan atau sekitar 50 gram.  

“Ketika ini diberikan kepada balita akan berisiko, salah satunya berkaitan dengan stunting nantinya,” ujarnya.

Tria mengungkap, dari 55 balita yang mengkonsumsi kental manis diperoleh proporsi bahwa 34,3 persen balita stunting mengonsumsi kental manis lebih dari sekali dalam sehari. Selain itu 31,3 persen dari balita sunting mengonsumsi kental manis di usia 24-59 bulan.

BACA JUGA : Warga Bantaran Kali Code Terima Edukasi tentang Program JKN

“Kemudian ada 60 persen ibu dari balita stunting ini tetap memberikan kental manis pada balitanya. Maka saat ini bermunculan diabetes pada anak. Misalnya IDAI mencatat ada 19 persen penderita diabetes dari anak usia 0-4 tahun, 31,05 persen usia 2-9 tahun,” katanya.

Rektor Unisa Yogyakarta Warsiti mengatakan keterlibatan Unisa dalam penelitian itu dengan mengirimkan sejumlah dosen. Tujuan penelitian itu semata-mata memotret dari sisi akademik sebagai peneliti. Dari hasil penelitian itu diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat terutama sebagai edukasi di bidang kesehatan.

“Dalam praktiknya hasil penelitian ini bisa berkembang ke hal lain yang menarik dan tidak sebatas pada kental manis saja. Prinsipnya peneliti yang terlibat menjalankan tugas akademiknya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jokowi Ungkap Perang di Gaza Tidak Bisa Dihentikan dalam Waktu Dekat

News
| Kamis, 30 November 2023, 10:27 WIB

Advertisement

alt

BOB Golf Tournament 2023 Jadi Wisata Olahraga Terbaru di DIY

Wisata
| Minggu, 26 November 2023, 23:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement