Advertisement
Dosen Asal Filipina Belajar Pengolahan Kakao di Kulonprogo

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner Sekolah Vokasi Universitas Gajah Mada (UGM) bekerja sama dengan Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA) menggelar Summer Course 2023 dengan tema Tropical Agrosilvopasture for Sustainable Nature-Based Product Development di Padukuhan Slanden, Banjaroyo, Kalibawang, Kulonprogo, Selasa (24/10/2023).
Summer Course tersebut diikuti oleh tiga belas dosen asal Filipina dari lima universitas. Dalam kegiatan tersebut, para peserta belajar dan berbagai pengetahuan mengenai kakao dengan kelompok tani setempat.
Advertisement
BACA JUGA : Produksi Kakao Tinggi, Kulonprogo Hanya Punya Satu Rumah Produksi
Dosen Prodi Pengembangan Produk Agro Industri Sekolah Vokasi UGM, Sonia Dora Febri Esa, mengatakan Slanden dipilih menjadi lokasi Summer Course karena dianggap representatif terkait kegiatan kelompok tani kako setempat. Di tempat tersebut juga menjadi lokasi edukasi pengolahan bijih kakao sampai menjadi coklat batang.
“Di sini juga digunakan untuk edukasi tanaman coklat. Tidak hanya memproduksi coklat batang saja,” kata Sonia ditemui di Padukuhan Slanden, Banjaroyo, Kalibawang, Kulonprogo, Selasa (24/10/2023).
Sonia berharap peserta Summer Course dapat membawa pengalaman terkait pengembangan komunitas di Indonesia utamanya Kulonprogo untuk diterapkan di Filipina. Pengalaman yang mereka dapat tidak hanya mengenai proses pengolahan biji kakao namun juga ilmu kelompok setempat.
“Mereka tidak hanya belajar tapi sharing pengetahuan dengan warga lokal dan komunitas petani. Sharing pengetahuan treatment yang dilakukan di komunitas petani di Indonesia. Mereka juga memberikan sudut pandang dari Filipina,” katanya.
Salah satu peserta Summer Course, Jarl Joshua Taggueg, mengatakan dia bersama rekannya yang berasal dari beberapa universitas belajar mengenai teknologi produksi kakao dan proses pembuatan beberapa produk berbeda.
“Kami juga mendalami industri kehutanan di Indonesia khususnya komunitas hutan mengenai bagaimana mereka mendapat sertifikasi. Saya belajar banyak di sini karena memiliki fokus [ketertarikan] pada hewan di Filipina. Tapi di pelatihan ini, saya mencoba merambah industri yang berbeda dan spesialisasi yang berbeda seperti kehutanan dan produksi hewani. Saya ingin mengintegrasikan itu setelah kembali ke Filipina,” kata Jarl.
Jarl yang merupakan Dosen Isabela State University mengaku di beberapa wilayah di Filipina seperti di Cagayan Valley, kakao justru bukan tanaman populer.
Pengurus Kelompok Tani Ngudi Rejeki, Johan, mengatakan peserta pelatihan juga belajar pengolahan pupuk organik dan cara memetik kakao. “Hari ini kami saling bertukar pengalaman. Mereka juga punya metode budidaya kakao dari negara mereka. Kami juga mengutarakan cara kami,” kata Johan.
Johan mengaku Kelompok Tani Ngudi Rejeki memiliki anggota 21 orang. Setiap anggota memiliki lahan dengan pohon kakao. Apabila ditotal jumlah pohan kakao satu kelompok mencapai 5.000 pohon. “Kalau punya saya saja ada 300 pohon,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunung Semeru Erupsi Lagi, Semburkan Material Vulkanik 700 Meter
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- Wamensos Pastikan Sekolah Rakyat Hanya untuk Keluarga Tidak Mampu
- Kisah Taufik, Pelopor Kuliner Bakso Ukuran Besar di Jogja
- Jalan 5 Kilometer Setiap Hari Jadi Persiapan Fisik Jemaah Calon Haji
- Kulonprogo Tunggu Juknis Terkait Transmigrasi Pola Baru, Syaratnya Wajib Ikut Komcad TNI
- Akhirnya Tanah Tutupan Jepang di Bantul Kini Sudah Bersertifikat
Advertisement