Advertisement

Gerakan Sekolah Menyenangkan Mulai Diadopsi Pemerintah untuk Diterapkan di Daerah

Sunartono
Rabu, 03 Januari 2024 - 08:57 WIB
Sunartono
Gerakan Sekolah Menyenangkan Mulai Diadopsi Pemerintah untuk Diterapkan di Daerah Founder GSM Muhammad Nur Rizal saat melatih para guru dan kepala sekolah. - Istimewa. Rizal mengkampanyekan Gerakan Sekolah Menyenangan ke berbagai penjuru tanah air.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) kini mulai diadopsi sejumlah pemerintah daerah untuk diterapkan di level sekolah masing-masing. Gerakan yang diinisiasi Dosen UGM, Muhammad Nur Rizal ini dinilai efektif untuk mengubah mindset guru agar tidak hanya mengedepankan transfer knowledge dalam mengajar, akan tetapi juga nilai cinta kasih serta dialog yang membuat anak tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Founder GSM Muhammad Nur Rizal mengatakan kampanye GSM terus dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Ia melihat adanya tren positif terhadap respons praktisi pendidikan di daerah terhadap gerakan ini. Khususnya pemerintah daerah mulai mengadopsi gerakan ini karena banyak guru yang merasakan manfaatnya.

Advertisement

BACA JUGA : Dispendik Berkomitmen Meningkatkan Kualitas Sekolah Dari Guru

Ia mencontohkan, pada akhir Desember 2024 lalu tepatnya 18-21 Desember digelar pelatihan GSM untuk guru di seluruh Kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini murni atas kesadaran dan permintaan dari guru dan kepala sekolah serta Dinas Pendidikan setempat.

“Kami mengusung narasi pendidikan yang memanusiakan manusia. Membangunnya dengan pengalaman, cinta kasih, dan dialog untuk membangun peradaban di Indonesia. Narasi ini menginspirasi terselenggaranya workshop tidak hanya di Wonosobo, tetapi juga di seluruh daerah Jawa Tengah, Tangerang, Tangerang Selatan, dan bahkan sampai ke Kalimantan seperti daerah Bontang, Katingan dan Palangkaraya,” kata Dosen Fakultas Teknik UGM ini dalam keterangan tertulis, Rabu (3/1/2023).

Ia menambahkan tren keterlibatan pemerintah daerah terhadap GSM ini di antaranya banyak pejabat seperti Kepala Dinas Pendidikan hingga Sekda yang terlibat untuk mengawal perluasan perubahan mindset guru. Di antaranya Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang yang ikut bergerak untuk melibatkan perubahan seluruh SMP di wilayahnya, Sekda Katingan dan Bontang yang turut mengawal kegiatan GSM di daerahnya.

Selain itu ada komunitas GSM di Klaten juga berencana bergerak pada tahun 2024, dan bahkan beberapa yang baru terlibat di komunitas GSM hadir secara langsung untuk melakukan kunjungan ke Kantor GSM di Jogja dalam rangka diskusi rencana perubahan pendidikan di daerahnya masing-masing. “Keterlibatan inu menunjukkan bahwa narasi GSM mulai diadopsi pemerintah daerah,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Wonosobo Tono Prihatono mengatakan workshop GSM ini diadakan bersama para guru dan kepala sekolah dari lintas jenjang dasar dan menengah atas bersama seluruh pelaksana pendidikan di daerahnya.  Karena seluruhnya penuh semangat untuk mengajak seluruh guru serta kepala sekolah di lingkungannya untuk bertransformasi dan membentuk komunitas GSM.

“Banyak rekan guru yang antusias untuk ikut GSM. Karena alur dan materi workshopnya membangunkan kesadaran diri mereka untuk menjadi pendidik sejati. Di sini jiwa atau ruh pendidikan terasa selama workshop berlangsung,” ujarnya.

Rizal menjelaskan terkait konsep permainan finite dan infinite yang dapat dikaitkan dengan sistem pendidikan di Indonesia. Permainan finite memiliki akhir terbatas, aturan dan tujuan permainan untuk memenangkan sesuatu dan pemainnya jelas. Sedangkan permainan infinite tidak memiliki aturan baku, pemainnya datang silih berganti, yang dilawan pun juga tidak jelas siapa dan memiliki perspektif jangka panjang.

BACA JUGA : Jaga Warisan Budaya, Siswa dan Guru Tampilkan Karakter Tokoh Pewayangan

“Sejatinya, dunia pendidikan adalah permainan infinite. Pendidikan telah berlangsung selama berabad-abad, dengan guru dan siswa yang silih berganti. Namun, saat ini mindset yang kita miliki masih terpaku pada permainan finite. Sehingga kita terobsesi untuk menjadi yang terbaik dalam berbagai hal di dunia pendidikan seperti kompetisi nilai, mengejar karir, sehingga terjebak dalam suasana formalisme dan urusan administratif,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pagi Ini Sabtu 3 Mei 2025, Semeru Erupsi 3 Kali

News
| Sabtu, 03 Mei 2025, 09:17 WIB

Advertisement

alt

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng

Wisata
| Minggu, 27 April 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement