Advertisement
Kemendikbud: Guru dan Dosen Perlu Integrasikan AI di Pembelajaran
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menekankan bahwa baik dosen maupun guru perlu mulai mengintegrasikan Artificial Intelligence (AI) di dalam proses pengajarannya.
“Seharusnya tugas kita belajar dari pengalaman-pengalaman itu bahwa AI ada di sini dan kita tidak bisa menghindarinya. Justru kita dosen dan guru perlu mengintegrasikan AI mulai dari proses pembelajarannya, bukan hanya ketika ada tugas atau asesmen,” kata Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Anindito Aditomo dalam diskusi daring di Jakarta, Senin (6/5/2024).
Advertisement
BACA JUGA : Anak Bakul Bubur Jadi Guru Besar di Universitas Atma Jaya
Anindito menuturkan perdebatan menggunakan AI masih terus berlanjut hingga hari ini. Keberadaan AI dinilai membuat kemampuan para siswa untuk mengembangkan suatu kerangka berpikir yang baik karena sifatnya yang dapat membantu secara instan.
Seringkali penggunaan AI dicap oleh pengajar sebagai suatu yang curang dan harus dipisahkan dari pembelajaran. Ia mencontohkan penggunaan kalkulator dalam pelajaran matematika sempat didebatkan karena dapat memberikan hasil hitung dalam waktu singkat. Hal tersebut dilanjutkan dengan kemunculan Google beserta mesin pencarian dan Wikipedianya.
“Ketika Google hadir dengan mesin pencariannya, ada Wikipedia misalnya. Dulu jangan sampai murid pakai untuk mengerjakan tugas. Saya rasa, kita harus mulai berpikir ulang tentang makna pembelajaran dan asesmen di zaman AI ini,” ujarnya.
Seharusnya pengalaman merasakan berbagai perkembangan teknologi tersebut dijadikan sebagai ‘pemantik’ ketika memberikan tugas pada para murid. Setiap guru dan dosen disarankan untuk memberi tugas yang dapat dikembangkan lebih jauh menggunakan AI.
“Jangan kasih tugas yang hanya dengan AI saja sudah cukup dan selesai. Kita harus ubah supaya bisa menjadi alat bantu dalam proses pengerjaan tugas itu. Contoh dalam membuat esai atau tulisan, kita bisa minta mahasiswa atau murid pakai AI untuk brainstorming struktur tulisannya,” katanya.
Kalaupun mereka menggunakan bantuan AI untuk membuat rancangan tugas awal, katanya, guru dan dosen dapat meminta siswa melakukan riset yang bisa dipadukan dengan membuat pertanyaan yang menarik untuk dijawab AI, sehingga dapat dikembangkan menjadi informasi selanjutnya yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
“Mahasiswa atau murid diperintahkan draf awal dari AI, itu pasti mengandung informasi yang kurang pas dan dia tidak mungkin mewakili suara opini khas anda. Dari draf awal itu perlu diolah lagi evaluasi kesahihan informasi, anda edit lagi sedemikian rupa sehingga dia bisa mencerminkan gaya tulisan, gaya berpikir anak sendiri,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
- Sembilan Partai Nonparlemen Janji Menangkan Ilyas Akbar Jadi Bupati Karanganyar
- Butuh Pemasaran Kekinian dan Dukungan Pemerintah untuk Pengembangan Batik
- Ini Alasan Nahdliyin Desak Ketua PCNU Klaten Gus Mujib Maju Cabup Pilkada 2024
- Bentuk Karakter Mandiri Siswa Kelas 2, SD Warga Solo Adakan Outing Class
Berita Pilihan
Advertisement
Kasus Covid-19 di Singapura Meningkat 2 Kali Lipat dalam Sepekan
Advertisement
Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu
Advertisement
Berita Populer
- Jurnalis dan Pegiat Media Jogja Tolak RUU Penyiaran
- Hari Bakti Dokter Indonesia, IDI Gelar Baksos Operasi Bibir Sumbing di RSUD Sleman
- Puluhan Pewarta Berlaga di Turnamen Billiar Piala Wabup Sleman 2024 di 911 SCH, Ini Para Juaranya
- Produk Turunan Sawit UMKM Jogja Dipamerkan di Acara Indonesia Plantation Watch 2024
- Soal Potensi Kustini-Danang Kembali Berduet di Pilkada 2024, Ini Kata Sekretaris DPC PDIP Sleman
Advertisement
Advertisement