Advertisement

Menapak Tiga Bukit: Mahasiswa UKDW Gali Jejak Arsitektur Nusantara

Media Digital
Jum'at, 31 Oktober 2025 - 20:37 WIB
Maya Herawati
Menapak Tiga Bukit: Mahasiswa UKDW Gali Jejak Arsitektur Nusantara Program Studi (Prodi) Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta melalui Mata Kuliah Arsitektur Nusantara menyelenggarakan studi ekskursi pada awal Oktober lalu untuk belajar mengenai bahan dan sejarah lokal, yaitu batu dan bata, dengan rute yang cukup panjang.

Advertisement

JOGJA—Program Studi (Prodi) Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta melalui Mata Kuliah Arsitektur Nusantara menyelenggarakan studi ekskursi pada awal Oktober lalu untuk belajar mengenai bahan dan sejarah lokal, yaitu batu dan bata, dengan rute yang cukup panjang.

Dalam sehari, eksplorasi dilakukan dengan mendaki tiga bukit, yaitu Bukit Imogiri (Makam Raja-Raja Mataram di Pajimatan, Bantul), Bukit Girilaya (Makam Sunan Cirebon), serta Gunung Kelir (Makam Kangjeng Ratu Malang dan Ki Panjang Mas).

Advertisement

Ketiga bukit atau gunung ini menyimpan tinggalan berupa bahan batu dan bata yang pernah digunakan untuk menanggapi kondisi lingkungan lokal. Batu dan bata telah digunakan sebagai sarana untuk mengabadikan kenangan pada orang-orang yang berperan dalam menentukan jalannya sejarah.

Kegiatan di ketiga situs arkeologis itu menjadi semacam “laboratorium” untuk mempelajari arsitektur batu dan bata yang umumnya digunakan di daerah yang dekat dengan aliran sungai dan jauh dari gunung berapi.

Dalam studi ini, batu dan bata yang dipelajari penggunaannya terdapat pada gerbang, tangga, dan turap (dinding penahan tanah). Tempat-tempat itu mengalami jenis pembebanan yang berbeda sehingga perlu dipelajari bagaimana cara mengatur peletakan batu dan batanya.

Bata adalah bahan bangunan buatan. Ia harus melalui proses pembuatan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan bangunan.

Bata dibentuk dalam ukuran dan kekuatan yang kurang lebih konsisten, sehingga kajian mengenai bata mengandaikan telah adanya organisasi produsen bata dan keterampilan dalam pemasangannya. Masyarakat pembuatnya juga pasti sudah hidup dalam tatanan yang tertib, sehingga dapat dimaklumi bila yang membangun dengan menggunakan bata biasanya adalah institusi negara atau kerajaan.

Pengamatan mengenai batu dan bata diawali dari Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Pajimatan–Imogiri.

Di sini diidentifikasi perbedaan cara menata bata di tangga, turap, dan gerbang. Berikutnya, di Girilaya dikenali berbagai susunan batu kapur sebagai pendahulu penggunaan bata pada Kompleks Makam Sunan Cirebon. Di tempat ini ditemukan fakta bahwa batu kapur tersebut sudah mulai disiapkan dalam ukuran modular.

Cara menata batu kapur modular itu belum seperti cara menata bata yang digunakan saat ini. Berbagai ukuran bata juga ditemukan di sana sebagai bahan bangunan tambahan untuk memperbaiki kerusakan dari pembangunan sebelumnya.

Objek terakhir adalah Makam Kangjeng Ratu Malang dan Ki Panjang Mas di Gunung Kelir. Pada kompleks makam di atas bukit ini, material yang ditemukan didominasi oleh batu kapur. Ini merupakan bahan lokal yang mudah ditemukan dan ditata laiknya pemasangan batu andesit pada bangunan percandian yang menjadi pendahulunya.

Dengan demikian, dalam studi ekskursi ini batu kapur dan bata yang semula hanya dibicarakan secara teknis kini dapat dipahami secara lebih utuh berkat tinjauan historisnya. Dengan cara pandang semacam itu, pengetahuan membangun lokal yang didasarkan pada bahan yang mudah ditemui di tempat tersebut disadari harus selalu diperbaiki dan dimajukan—tidak cukup hanya dipuja atau dilanggengkan secara konservatif-nostalgis. (Advertorial)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Hujan Deras, Sejumlah Ruas Jalan di Jakut Kebanjiran

Hujan Deras, Sejumlah Ruas Jalan di Jakut Kebanjiran

News
| Sabtu, 01 November 2025, 01:47 WIB

Advertisement

Besok, 2 Kereta Pusaka Keraton Jogja Berusia Ratusan Tahun Diarak

Besok, 2 Kereta Pusaka Keraton Jogja Berusia Ratusan Tahun Diarak

Wisata
| Selasa, 21 Oktober 2025, 20:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement