Advertisement
Bangunan Unik di Tengah Jalan Kotabaru Ini Namanya Babon Aniem, Punya Fungsi Penting di Zamannya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Para pengguna jalan yang melintas di F.M. Noto Kotabaru bisa jadi penasaran dengan sebuah bangunan unik yang berdiri di tengah jalan. Bangunan tersebut adalah Babon Aniem yang merupakan gardu listrik peninggalan Belanda.
Untuk diketahui, Jalan F.M. Noto adalah nama sebuah jalan di Kotabaru yang membentang di sebelah barat daya SMAN 3 Yogyakarta.
Advertisement
Seperti yang ditayangkan akun Instagram @jogjaku belum lama ini, Babon Aniem tampak megah berdiri di tengah taman yang ada di jalan tersebut. Ukurannya tidak terlalu besar namun memiliki atap tinggi menyerupai rumah.
Bangunan berbentuk persegi itu dipercantik dengan lukisan mural yang menghiasi dindingnya.
Namun apa sebenarnya Babon Aniem tersebut? Melansir dari website Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan Kota Jogja, bangunan ini merupakan gardu listrik dari jaringan listrik yang ada di Kotabaru. Aniem sendiri adalah Algemene Nederlandsch Indische Electrisch Maatscapij yang merupakan perusahan penyedia listrik swasta yang ada di Hindia Belanda.
Aniem mulai membangun jaringan lsitrik di Yogyakarta pada 1914. Kotabaru sebagai salah satu kawasan hunian penting bagi masyarakat Eropa kala itu mendapatkan prioritas pembangunan jaringan listrik tersebut. Selain listrik, kawasan Kotabaru juga telah dilengkapi dengan saluran pipa air bersih, jaringan telepon, dan saluran drainage yang memadai.
Baca juga: Mengenal Museum Dewantara, Museum yang Koleksinya Dirusak Massa Tawuran
Babon Aniem Kotabaru dibangun sekitar tahun 1918 dan berfungsi sebagai pengatur dan pembagi daya listrik di kawasan Kotabaru. Di seluruh Kota Jogja tersisa 3 buah Babon Anieam yang masih berdiri dan bisa dilihat, yaitu Babon Aniem Kotabaru, Babon Aniem di depan Taman Parkir Abu Bakar Ali, dan Babon Aniem di Pasar Kota Gede.
Aniem mendapatkan konsensus untuk menyediakan listrik di Jogja pada 1914. Dibutuhkan waktu 5 tahun untuk membangun jaringan listrik di kota pelajar ini. Kawasan awal yang mendapatkan pasokan listrik adalah wilayah njero benteng, Loji Gede, Loji Cilik, Malioboro, hingga Kotabaru.
Daya listrik yang mengalir di Kota Jogja berasal dari pembangkit yang ada di Tuntang, Semarang. Pemerintah Kolonial Belanda mulai membangun jaringan listrik dari Semarang ke Jogja sejak 1904 dan baru selesai pada 1918. Pada tahun 1919 terjadi peningkatan permintaan sambungan listrik di Jogja yang membuat Aniem memutuskan untuk membangun pembangkit listrik tenaga diesel. Pembangkit listrik tenaga diesel tersebut selesai dibangun pada 1922.
Hingga 1939 hampir seluruh wilayah Kota Jogja mulai dari Pingit hingga Wirobrajan telah teraliri listrik. Listrik tidak hanya mengalir di wilayah-wilayah pemukiman, namun juga mengalir untuk kepentingan penerangan jalan umum. Jalan-jalan besar mulai menggunakan penerangan tenaga listrik yang biayanya ditanggung oleh Keraton.
Itulah penjelasan seputar bangunan Babon Aniem peninggalan Belanda di Jogja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- BPBD DIY Mewaspadai Lonjakan Pembuangan Sampah ke Sungai Imbas TPA Piyungan Ditutup
- Warga Terluka Saat Berdesak-desakan Buang Sampah di Depo Purawisata Jogja
- Ramai Aksi Lempar Sampah ke Truk, Pemkot Jogja Sebut Kesadaran Warga untuk Buang Sampah Tinggi
- Kebutuhan Internet di Tiga Sektor Ini Terbesar di DIY
- Progres TPS 3R Karangmiri Mengalami Perlambatan, Pengolahan Sampah Pemkot Jogja Bertumpu pada Nitikan
Advertisement
Advertisement