Advertisement
Menilik Serangan Umum 1 Maret dan 13 Patriot Bangsa Paling Berperan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Tidak lebih dari sepekan lagi, kita akan memeringati hari bersejarah Serangan Umum 1 Maret.
Serangan Umum 1 Maret mengingatkan pada sebuah serangan penjajah Belanda di Kota Jogja. Dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949, penjajah dari Belanda berhasil ditaklukkan oleh kekuatan tentara dalam negeri di Bumi Mataram ini.
Advertisement
Sebagai pengingat akan momentum penting ini, pemerintah telah membangun Monumen Serangan Umum 1 Maret yang lokasinya di sisi Timur Laut Titik Nol Kilometer atau seletan Benteng Vredeburg. Saat malam hari, monumen ini tampak indah karena patung para pejuang tersorot lampu yang cukup terang.
Banyak wisatawan yang berfoto di tempat ini. Mereka menghabiskan waktu berwisata di Titik Nol sembari berwisata pendidikan di monumen tersebut.
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 memang menjadi kisah yang menarik disimak setiap tahun. Serangan spektakuler ini mampu mengembalikan kewibawaan Indonesia.
Baca juga: Ditemukan Kasus Jual-Beli Sertifikat Vaksin Covid-19, Begini Respons Dinkes Jogja
Berdasarkan buku berjudul Patriot Bangsa, Vredeburg setidaknya ada 13 patriot yang paling berperan terhadap peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Siapa saja mereka?
1. Kolonel Zulkifli Lubis
Adalah sosok perintis Badan Intelijen Negara. Pada akhir 1948 Zulkifli menerima informasi intelijen terkait kemungkinan serangan Belanda ke Ibu Kota RI di Yogyakarta. Sesuai siasat yang disepakat Lubis dan pasukannya mundur ke luar kota menuju ke Srunggo, Selopamioro, Imogiri, Bantul. Di wilayah ini sebagai tempat pengungsian, basis pertahanan militer sekaligus sebagai tempat penyimpanan candu.
2. Kolonel Djatikusumo
Pada 1948 Djatikusumo menjabat sebagai KSAD sekaligus Gubernur Akmil dengan pangkat Kolonel. Bersama satuannya para taruna Akmil Djatikusumo ikut bergerilya dan berjuang di medan pertempuran menghadang dan menyerang pos Belanda. Setelah Serangan Umum 1 Maret dan diplomasi menguntungkan.
3. Kolonel Gatot Subroto
Selaku Komandan Divisi II yang membawahi wilayah Solo dan sekitarnya, Gato Subroto bersama anak buahnya melakukan penyerangan terhadap tentara Belanda yang akan memberikan bantuan ke Yogyakarta.
4. Letkol Wiliater Hutagalung
Wiliater Hutagalung adalah seorang dokter TNI, ia yang memiliki gagasan penyerangan spektakuler untuk menghadapi propaganda Belanda. Gagasan tersebit disetujui Panglima Soedirman dan mengkoordinasikan dengan Panglima Divisi II dan Divisi III.
5. Syafrudin Prawiranegara
Saat Ibu Kota Yogyakarta dikuasai Belanda, atas perintah Presiden Soekarno, Syafruddin Prawiranegara mendirikan Pemerintaha Darurat Republik Indonesia.
6. Opsir Udara III Boediardjo
Mendirikan stasiun darurat di rumah warga di Banaran, Playen, Gunungkidul. Di rumah ini menggunakan Radio PHB PC-2, Boediardjo menyiarkan kabar serangan umum 1 Maret ke Takengon Aceh dan diteruskan ke New Delhi hingga sampai ke PBB.
7. Kolonel Tahi Bonar Sumatupang
TB Simatupang saat itu menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Perang yang menyetujui Serangan Umum 1 Maret untuk menegaskan kedudukan Republik Indonesia.
8. Kolonel AH Nasution
Pada mas Agresi Militer Belanda II, AH Nasution bertugas sebagai Panglima Tentara Teritorium Djawa bermarkas di Yogyakarta. Pada 20 Desembr 1948 ia menuliskan maklumat pemberlakukan pemerintahan militer seluruh Jawa hingga diikuti perintah strategis seperti operasi.
9. Lambertus Nicodemus Palas
Serangan Umum 1 Maret menjadi puncak kemenangan diplomasi Indonesia di Sidang PBB. Propaganda Belanda bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada berhasil dipatahkan L.N. Palar dalam pidatonya di Sidang DK PBB 10 Maret 1948 di Amerika Serikat.
10. Jenderal Soedirman
Untuk melawan propaganda Belanda, Soedirman menginstruksikan Langkah tertentu yang harus diambil, sebagai puncaknya dilakukanlah serangan terbuka dikenal Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat Yogyakarta dikuasai Belanda Soedirman memilih untuk bergerilya membuat kantong perlawanan.
11. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Ketika Belanda menguasai Yogyakarta, HB IX Menyusun rencana untuk mengembalikan semangat juang rakyat, lalu muncullah ide untuk melakukan serangan balasan. Sri Sultan mengirim surat kepada Jenderal Soedirman perihal rencana tersebut. Soedirman mendukung dan menyarankan HB IX agar berkoordinasi dengan Letkol Soeharto. Dua pekan sebelum serangan umum, HB IX membuka pintu kraton untuk berlindung TNI dan menyiapkan persenjataan. Kompleks Kraton dijadikan sebagai pusat serangan, di mana banyak tentara yang berlindung di dalamnya.
12. Letkol Soeharto
Sebagai Komandan WK IIO, Soeharto mempersiapkan pasukan dengan membagi batas tiap sector. Soeharto meminta setiap Sub Wehrkreise harus menempatkan pasukan di dalam kota dengan cara sembunyi.
13. Kolonel Bambang Soegeng
Menjabat sebagai Panglima Divisi III membawahi wilayah Yogyakarta menginstruksikan kepada seluruh TNI untuk mengikat pasukan Belanda agar mencegah bala bantuan masuk ke Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Lestarikan Seni Budaya, Taru Martani Beri Dukungan Konser Kidung Pertiwi yang Digelar Yogyakarta Royal Orchestra di Jakarta
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Kasus Mbah Tupon di Kasihan Ditangani Polda DIY
- Pemkab Gunungkidul Alokasikan Rp5,8 Miliar untuk Program Air Bersih, Ini Lokasi Pembangunannya
- 5 Tempat Jadi Kandidat Lokasi Sekolah Rakyat di Kulonprogo
- Sempat Tak Digelar Karena Pandemi Covid, Ratusan Warga Jogodayoh Ikuti Merti Dusun
- Rekatkan Kekompakan, Ratusan Relawan di Bantul Ikuti Mancing Bersama
Advertisement
Advertisement