Cerita Anak Berburu Arsip Teater Demi Peroleh Kisah Sang Ayah
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Berawal dari pencarian kisah ayahnya, Odi Shalahuddin kemudian merangkum dunia teater melalui ribuan arsip berita. Tema yang semakin berkembang membuatnya menemukan banyak pola kejadian puluhan tahun lalu.
Odi Shalahuddin kecil tumbuh tanpa kehadiran Sang Ayah. Cerita tentang ayah juga minim. Hanya ada kisah-kisah dari ibunya yang kala itu masih hidup. Seakan ada latar belakang keluarga yang hilang, yang semakin hari semakin membuat Odi penasaran.
Advertisement
Seperti mencari kepingan hidup yang terpencar, dia bertekad untuk mencari serpihan-serpihan kisah tentang ayahnya. Semua bermodalkan satu benang merah, teater. Informasi terkuat yang memungkinkan dia akses apabila ayahnya merupakan pemain teater (bisa juga disebut dramawan) di tahun 1960-an. Pencarian berawal dari pemberitaan yang ada di media massa, baik koran maupun majalah.
BACA JUGA : Gelar Sarasehan Teater, TBY Buka Ruang Ekspresi
Mulai dari 2010, Odi berkeliling dari satu perpusatakaan ke perpustakaan lain, mencari arsip tentang pertunjukan teater. Tidak setiap hari, namun agenda ini dia sempatkan bila berkunjung ke beberapa kota. Perjalanan ‘pencarian’ ayahnya membuat Odi akrab dengan Perpusatakaan Nasional, Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin, dan Perpustakaan Dewan Kesenian Jakarta di Jakarta Pusat; Studi Teater Bandung; serta Jogja Library Center.
Setiap kali ada berita tentang teater dari berbagai media, dia potret dengan ponselnya. Ada berita dari Sinpo, Star Weekly, Sinar Matahari Yogya, Sinar Baru Senarang, Asia Raya, Soeara Asia, sampai media-media nasional yang masih ada sampai sekarang. Sayangnya, spesifik mencari nama ayahnya merupakan kendala besar.
“Enggak dapet-dapet, enggak punya bayangan media mana dan lainnya. Akhirnya ketemu temen bapakku, bilang kalau yang sering ngeliput kita media A, B, C. Karena frustasi, semua tentang teater aku ambil semua, biar enggak sia-sia,” kata Odi, saat ditemui di Taman Budaya Yogyakarta, Jogja, Minggu (26/3/2023).
BACA JUGA : Jubah Macan Sukses Tampilkan Teater tentang Kesetiaan
Pencarian tidak hanya dalam bentuk arsip, tapi juga bertemu teman ayahnya. Pertemuan yang saat akan dia ulangi lagi, ternyata beberapa di antaranya sudah meninggal. Pengarsipan yang awalnya dari teater menjadi penemuan-penemuan lain. Ada tulisan sastra milik temannya, tentang budaya, dan lainnya.
Pengarsipan bahkan melebar di luar tema seni dan budaya. Kini, sudah ada file foto yang tersimpan di laptop dan dua harddisk. Ada ribuan file dengan yang tertua tahun 1923. Periode maksimal arsip pada tahun 90-an. Di atas 2000-an bukan menjadi prioritas Odi, dengan anggapan berita tahun itu sudah masuk juga di internet. Memang prioritas arsip yang dia kumpulkan berasal dari berita-berita, bukan buku atau lainnya.
Pengumpulan semua berita tentang teater membuat Odi melihat adanya pola-pola tertentu. Seperti perkembangan teater yang cukup berdampak di Indonesia sejak adanya Taman Ismail Marzuki (TIM). Mulai banyak teater eksperimental yang kemudian menjadi tren di masanya. Termasuk perpaduan teater yang asalnya dari Eropa dengan gaya ketoprak dengan WS. Rendra sebagai salah satu penggagasnya.
Terlihat pula irisan kesenian dengan perebutan pengaruh ideologi. Misalnya undangan pentas atau beasiswa pendidikan dari negara seperti Amerika Serikat, Rusia, sampai Eropa Timur.
BACA JUGA : Studi Pentas Teater ESKA Telah Sukses, Pimpinan Produksi
Belum lagi perkembangan teater di masa-masa menjelang kemerdekaan yang mulai menyisipkan semangat-semangat nasionalisme. Sampai sensor yang ketat pada pementasan teater di masa penjajahan Jepang.
“Jepang menyadari kesenian sebagai alat propaganda. Semua harus terdaftar untuk pentas, ada badan sensor yang sangat ketat,” kata Odi, yang saat ini berusia 54 tahun.
“Situasi menyedihkan sekaligus menguntungkan. Pentas harus punya naskah untuk [Jepang] kontrol, menjadi ada tradisi penciptaan naskah, [sebelumnya belum jamak].”
Di luar bidang teater, kumpulan arsip juga memperlihatkan keberdayaan Indonesia tahun 50-an sampai 60-an. Di masa-masa yang masih tegang setelah kemerdekaan membuat solidaritas baik di dalam negeri maupun luar negeri menjadi kuat. Misalnya saat Presiden Soekarno berpidato, tanggapan muncul dari berbagai kepala negara. Tanggapan yang bisa positif atau negatif memperlihatkan apabila Indonesia diperhitungkan.
Untuk situasi dalam negeri, arsip yang memiliki periode tahun yang panjang, memperlihatkan ada pola-pola yang menarik. Misalnya ada salah satu organisasi pemuda, punya kegiatan seragam. Organisasi itu menjadi yang pertama menyerang Pemuda Rakyat sampai yang pertama menjadi pembakar gereja.
“Pada masa reformasi, organisasi itu dikeluarkan dari keorganisasian mahasiswa karena melanggar konsensus aliansi pemuda Indonesia. Itu temuan dengan periode yang berbeda, bisa saja orang lupa,” kata Odi.
Semua ini terkumpul secara digital dari yang awalnya mencari arsip ayahnya. Niat awal ini sudah terkumpul dalam buku yang terbit tahun 2021 berjudul Umar Machdam: Dramawan Bogor. Bagi Odi secara pribadi, pengumpulan arsip ini setidaknya sebagai dokumentasi keluarga.
BACA JUGA : NgayogyaMantra, Disbud DIY Apresiasi Kehadiran
Dalam konteks yang lebih luas, arsip yang sudah terkumpul harapannya bisa bermanfaat bagi masyarakat. Syukur-syukur bisa memberi kontribusi untuk dunia teater Indonesia khususnya, dan dunia arsip pada umumnya. Sebagai contoh, pernah ada diskusi teater di Bogor, tempat ayah Odi banyak bermain teater, namun dimulai dari tahun 80-an. Padahal arsip yang dia miliki menunjukan perkembangan teater di Bogor sudah ada sejak 50-an.
“Masyarakat juga bisa akses arsip ini, banyak yang minta lewat email. Biasanya untuk kebutuhan studi, atau kelompok teater yang ingin buat buku tentang sejarah mereka. Untuk kebutuhan skripsi banyak juga,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ini Dia 3 Karya Budaya Indonesia yang Diusulkan Masuk Menjadi WBTb ke UNESCO
- Ini Kegiatan Kampanye Terakhir Ketiga Calon Wali Kota Jogja Jelang Masa Tenang
- Pasangan Agung-Ambar Tutup Kampanye dengan Pesta Rakyat
- Konstruksi Tol Jogja-Bawen Seksi 1 Ruas Jogja-SS Banyurejo Capai 70,28 Persen, Ditargetkan Rampung 2026
- Lewat Film, KPU DIY Ajak Masyarakat untuk Tidak Golput di Pilada 2024
Advertisement
Advertisement