Advertisement

Ternyata Angka Buta Huruf Alquran di Indonesia Masih Tinggi

Sirojul Khafid
Senin, 01 April 2024 - 07:47 WIB
Sunartono
Ternyata Angka Buta Huruf Alquran di Indonesia Masih Tinggi Alquran - ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Penelitian dari Tim Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta menemukan tingkat buta huruf Al-Quran di Indonesia mencapai 72,25 persen. Sementara kajian dari Kementerian Agama menyatakan buta huruf Al-Quran di Indonesia 38,49 persen.

Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) IIQ Jakarta, Chalimatus Sa’dijah, mengatakan bahwa persentase buta aksara Al-Qur’an di Indonesia sekitar 58,57 persen sampai dengan 65 persen. Sementara kemampuan membaca pada level cukup dan kurang ada pada persentase 72,25 persen.

Advertisement

Menurut Chalimatus, kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. “Kalau baca Al-Qur’an saja kita tidak tahu, lantas bagaimana kita bisa memahaminya. Padahal Al-Qur’an merupakan pedoman hidup kita,” katanya, dikutip dari laman resmi IIQ Jakarta.

BACA JUGA : Cara Iktikaf di Bulan Ramadan dan Keutamaannya

Pemberantasan baca tulis Al-Qur’an penting untuk terus dilakukan. Chalimatus mengatakan salah satu indikator pemahaman beragama seseorang dapat dilihat dari aspek mampu dalam membaca Al-Quran serta dapat memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.

Sementara kajian dari Kemenag berjudul ‘Potensi Literasi Al-Qur’an Masyarakat Indonesia’ menemukan apabila Indeks Literasi Al-Qur’an Indonesia tahun 2023 mencapai angka 66,038 atau masuk kategori tinggi. Penelitian melibatkan 10.347 responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengenali huruf dan harakat Al-Qur’an sebanyak 61,51 persen, mampu membaca susunan huruf menjadi kata sebanyak 59,92 persen, mampu membaca ayat dengan lancar sebanyak 48,96 persen, dan membaca Al-Qur’an dengan lancar sesuai tajwid sebanyak 44,57 persen. Untuk responden yang belum memiliki literasi baca Al-Qur’an sebesar 38,49 persen.

Direktur Penerangan Agama Islam (Penais) Ditjen Bimas Islam, Ahmad Zayadi, mengatakan untuk meningkatkan indeks literasi Al-Qur’an, Kemenag mengoptimalkan program pembelajaran Al-Qur’an melalui peran para aktor bidang layanan keagamaan. Mereka seperti penyuluh agama, majelis taklim, ormas Islam, dai dan daiyah, dan lembaga pengembangan tilawatil Qur'an (LPTQ).

Zayadi mendorong masyarakat Muslim untuk mengikuti majelis pembelajaran Al-Qur'an yang berada di sekitar tempat tinggal masing-masing, dalam rangka meningkatkan kemampuan Baca dan Tulis Al-Qur’an (BTQ). "Zaman sekarang, materi pembelajaran Al-Qur’an juga bisa diperoleh dari media sosial, karena sudah terbukti signifikan berdampak terhadap peningkatan kompetensi BTQ," katanya, beberapa waktu lalu.

Salah satu kunci membaca Al-Qur’an dengan lancar, kata Zayadi, adalah mempelajari kaidah-kaidah tajwid dasar yang berfungsi untuk menghindari kesalahan ketika membaca kitab suci tersebut. “Selain itu, penting juga meningkatkan kuantitas dan kualitas pengajar, ketersediaan majelis pembelajaran Al-Qur’an, peningkatan frekuensi dan kualitas program literasi BTQ, yang diselenggarakan bersama dengan pemerintah daerah,” kata Zayadi yang juga merupakan Sekretaris LPTQ Nasional.

Pelajar Buta Huruf Alquran

Masih banyaknya masyarakat Islam di Indonesia yang buta huruf Al-Qur’an, termasuk di dalamnya para pelajar. Banyak faktor yang membuat hal ini terjadi, mulai dari kompetensi guru sampai minat para murid.

Direktur Pendidikan Agama Islam Kemenag, Rohmat Mulyana Sapdi, mengatakan Kemenag terus berupaya meningkatkan kompetensi guru dalam pengajaran baca tulis Al-Qur’an. "Ini menjadi keprihatinan kita semua dengan banyaknya murid yang tidak bisa membaca al-Qur’an," katanya.

BACA JUGA : Muslim Pro Meluncurkan AI Bot Islami dan Fitur Al-Quran-nya yang Diperbarui untuk Menyambut Ramadan

Kondisi buta huruf Al-Qur’an disebabkan beberapa faktor, antara lain jumlah murid yang tidak sebanding, minat murid yang kurang, motivasi keluarga, dan kompetensi guru. “Upaya meningkatkan kompetensi guru dan mendorong guru perlu semakin giat menjalankan tugas pembelajarannya,” kata Rohmat.

Melalui berbagai workshop dan pelatihan, para guru bisa melanjutkan pengetahuannya dalam pembelajaran di kelas. Sebisa mungkin, guru membuat suasana pembelajaran yang nyaman agar murid yang tidak bisa membaca Al-Qur’an bisa teratasi. Begitu juga yang sudah bisa membaca, perlu semakin meningkatkan kemampuannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pengusaha Sumbangkan Rp27 Miliar untuk Timnas Indonesia

News
| Selasa, 30 April 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement