Advertisement
Kunjungi Sekolah, PKT UGM Sasar Anak Muda Berinovasi Tangani TBC
Advertisement
SLEMAN—Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mengadakan acara Tropmed Talk on Stage dengan tema “Berinovasi dalam Mengeliminasi TBC, Yes You(th) Can!” Acara dilaksanakan di SMA Negeri 10 Yogyakarta Selasa, 16 Juli 2024 dengan 200-an siswa kelas XI sebagai pesertanya.
Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Yogyakarta, Sri Moerni, S.Pd. merasa beruntung sekolahnya dipilih sebagai tempat untuk melaksanakan acara tersebut. “Pengetahuan tentang TBC itu penting,” jelasnya kepada peserta sekaligus berpesan agar mengikuti acara dengan tertib sehingga mendapatkan manfaat dari keikutsertaannya.
Advertisement
BACA JUGA: Muhammadiyah Libatkan 13 Rumah Sakit dan 5 Ormas Keagamaan dalam Penanggulangan TBC
Hingga kini tuberkulosis (TBC) masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. “Indonesia adalah negara kedua yang kasus TBCnya tertinggi di dunia,” jelas Prof. Ari Probandari, MPH Ph.D., koordinator kelompok kerja (pokja) TBC PKT UGM.
Karenanya kewaspadaan terhadap penyakit ini perlu ditingkatkan, tak terkecuali pada generasi muda. Hal itu juga yang menjadi alasan kenapa Tropmed Talk on Stage edisi TBC ini dilaksanakan di sekolah. Setidaknya para peserta paham tanda dan gejala TBC, sehingga kalau dirinya atau orang di sekitarnya mengalami gejala TBC bisa segera memeriksakan diri fasilitas kesehatan.
Upaya pro aktif yang seperti ini merupakan wujud kontribusi masyarakat dalam upaya penemuan TBC sesuai dengan slogan pemerintah Temukan, Obati Sampai Sembuh (TOSS TB).
Selain kasusnya, hal memprihatinkan lainnya adalah masih adanya stigma terhadap pasien TBC. Hal tersebut disampaikan oleh Vivi Alfita Devi, penyintas TBC yang juga menjadi narasumber pada acara tersebut. “Jauhi penyakitnya, bukan orangnya,” pesan Vivi kepada peserta.
Pada kesempatan itu ia menceritakan awal mulanya terkena TBC, perjuangannya menjalani pengobatan panjang hingga sembuh. Namun, setelah sembuh pun ia masih harus menghadapi stigma di sekolah bahkan hingga diminta untuk pindah sekolah.
“Padahal TBC yang dialami Vivi itu tergolong berat,” ungkap dr. Rina Triasih, M.Med (Paed), Ph.D, Sp.A (K) Direktur Zero TB Yogyakarta sekaligus tim dokter RSUP dr. Sardjito yang menangani Vivi beberapa waktu yang lalu.
Ia prihatin ketika saat ini banyak pasien-pasiennya yang masih muda dan menderita TBC yang berat. Karenanya, Ia sangat bangga dengan Vivi yang mau berjuang hingga sembuh dan mau mengedukasi sesamanya berbekal pengalaman yang ia alami.
Ia tergabung dalam Kader Muda Zero TB yang aktif menyampaikan edukasi terkait TBC kepada masyarakat melalui berbagai cara kreatif. Beberapa produk yang dihasilkan oleh kader muda antara lain pembuatan konten reels hingga video edukasi dengan mengangkat budaya lokal wayang kulit.
Narasumber lain yang hadir adalah Sekar Putri Andriani yang mewakili Center for Indonesia Medical Student’s Activities (CIMSA) UGM. Selain memaparkan aktivitas organisasinya yang berkaitan dengan TBC, Ia memotivasi para peserta untuk terlibat aktif dalam upaya edukasi TBC kepada masyarakat.
Menurutnya generasi muda mempunyai potensi yang besar untuk mengedukasi masyarakat perihal TBC melalui kanal-kanal yang biasa digunakan. Ia berharap siswa-siswi SMA Negeri 10 Yogyakarta menjadi pelopor dalam upaya tersebut. “It starts with YOUth” tulisnya dalam materi presentasinya.
Para peserta bisa memulai aktivitas tersebut dengan menyasar keluarga sebagai kelompok yang paling dekat dijangkau.
Senada dengan Sekar, narasumber terakhir yang tampil adalah Siva Anggita yang mewakili Indonesia Muda untuk Tuberkulosis (IMUT TB).
Gerakan yang ia pimpin sudah berdiri sejak 2019, beranggotakan anak-anak muda yang mempunyai kepedulian terhadap TBC. Ia mengajak beberapa peserta untuk maju ke panggung dan memantik mereka untuk mengeluarkan potensinya dalam edukasi TBC. Dalam waktu singkat, muncul ide untuk membuat edukasi tentang TBC melalui media sosial.
“Media sosial bisa digunakan untuk promosi kesehatan tentang TBC,” jelasnya.
Menurutnya, edukasi yang dilakukan oleh anak muda menyasar anak muda lainnya itu penting, karena 30% pasien TBC itu adalah anak muda. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Rejowinangun Gelar Rejowinangun Fest 2024
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
Advertisement
Advertisement