Advertisement

Fisip UAJY dan UKRIM Kembangkan Teknologi Pengering Tenaga Surya untuk Produk Herbal

Abdul Hamied Razak
Senin, 11 Agustus 2025 - 09:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Fisip UAJY dan UKRIM Kembangkan Teknologi Pengering Tenaga Surya untuk Produk Herbal Kolaborasi Tim Pengabdian Masyarakat (ABDIMAS) FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Universitas Kristen Imanuel (UKRIM) Yogyakarta berhasil mengembangkan teknologi pengering tenaga surya untuk produk herbal.ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Tim Pengabdian Masyarakat (ABDIMAS) FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Universitas Kristen Imanuel (UKRIM) Yogyakarta berhasil mengembangkan teknologi pengering tenaga surya untuk produk herbal.

Teknologi Pengering Tenaga Surya (Solar Tunnel Dryer) merupakan teknologi pengeringan yang memanfaatkan energi matahari secara lebih efisien melalui terowongan tertutup yang dilapisi plastik atau bahan transparan khusus.

Advertisement

Menurut Koordinator Tim, Victoria Sundari Handoko menyampaikan ide dari penggunaan teknologi pengering tenaga surya ini adalah iklim tropis di Indonesia dengan kelembapan tinggi, terlebih saat musim hujan, menghambat pengeringan alami.

BACA JUGA: Tantangan Kerja Semakin Besar, Keluarga Alumni Mahasiswa Arsitektur UAJY Bakal Rapatkan Barisan

"Anggota BUMDes memiliki banyak tanaman herbal, namun mengalami kesulitan pengeringan/ pengelolaan pascapanen. Ia melanjutkan pengembangan teknologi tersebut untuk melakukan pengeringan pada tanaman herbal sehingga hasil produksinya lebih higienis, efisien, dan ramah lingkunan," dalam Focus Group Discussion (FGD) tim di balai desa Kalurahan Tamanmartani, Kalasan, Jumat (8/8/2025).

Anggota tim, Emerita Setyowati menambahkan bahwa produksi pertanian yang melimpah memerlukan metode pengeringan cepat dan higienis untuk mencegah pembusukan. "Energi matahari melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi murah dan ramah lingkungan," katanya.

Penciptaan teknologi ini dikhususkan pada produk herbal seperti kunyit, lidah buaya, serai, dan bunga telang khususnya pada anggota BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) di Kalurahan Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

“Nilai gizinya pun lebih terjaga dibandingkan pengeringan tradisional di bawah sinar matahari langsung, Alat ini juga hemat energi, efisien dalam biaya, dan mampu meningkatkan nilai jual hasil pertanian seperti kunyit, bunga telang, serai, dan kulit lidah buaya,” tambah Emerita

Cara kerja dari teknologi ini adalah udara panas dihasilkan dari radiasi matahari yang masuk, kemudian dialirkan melalui terowongan untuk mengeringkan produk herbal. Sistem ini melindungi produk dari hujan, debu, serangga, dan menjaga kualitas karena proses pengeringan lebih higienis serta suhu lebih terkontrol dibandingkan pengeringan terbuka. Alat ini juga hemat energi, efisien dalam biaya, dan mampu meningkatkan nilai jual hasil pertanian seperti kunyit, bunga telang, serai, dan kulit lidah buaya.

Menurut Victoria Sundari, kegiatan pengabdian ini sejalan dengan ASTACITA pemerintah Republik Indonesia, yaitu memantapkan kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, dan ekonomi kreatif, serta membangun dari desa untuk pemerataan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal dan inovasi teknologi. Asta Cita yang merupakan 8 misi Asta Cita pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk bersama Indonesia maju, menuju Indonesia Emas 2045.

BACA JUGA: Prof I Putu Sugiartha Sanjaya Jadi Guru Besar Ke 22 UAJY

Tomi Nugraha selaku Sekretaris Desa Kalurahan Tamanmartani dan juga bertindak sebagai anggota Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menyampaikan bahwa permasalahan utama yang dihadapi adalah pengeringan hasil produk pertanian dan lemahnya identitas produk tanaman herbal seperti lidah buaya, kunyit, serai, dan bunga telang yang dihasilkan oleh penduduk, baik dari segi merek, kemasan, maupun konsistensi kualitas produk pasca-produksi. “Kami berharap Solar Tunnel Dryer dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan produk olahan produk kami,”tandasnya.

Penguatan Branding dan Packaging

Tim abdimas beranggotakan Victoria Sundari Handoko, (Dosen Sosiologi, FISIP, Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Desideria Cempaka Wijaya Murti, (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Emerita Setyowati, (Dosen Sains dan Komputer, Universitas Kristen Immanuel), Sesilia Eka Tri Astuti dan Stephany Emmanuela Lesar (Mahasiswa Sosiologi, FISIP, Universitas Atma Jaya Yogyakarta), serta Gabriel Hacarya Adhi dan Fridolin Satriya Indratma (Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Atma Jaya Yogyakarta) juga melakukan penguatan branding dan packaging.

Pengembangan teknologi ini mendapatkan apresiasi bantuan dana dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 2025.

Anggota tim, Desideria Cempaka Wijaya Murti berharap dengan branding dan packaging pada produk herbal akan membuka akses pasar yang lebih luas. Menurut Desideria, kolaborasi antara akademisi dan pelaku lokal menjadi contoh nyata bahwa pengembangan potensi desa dapat dilakukan secara berkelanjutan dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Branding dan packaging untuk produk herbal, menurut Desideria, sangatlah penting karena bisa menarik perhatian konsumen, membangun kepercayaan atas produk herbal, dan membedakan produk herbal di pasar yang kompetitif.

Branding produk herbal yang akan dilaksanakan dalam kegiatan ini meliputi ikonisasi Tamanmartani yaitu logo Dewata (Desa Wisata Taman Martani) bentuknya bisa Candi Prambanan atau yang lain, brand masing-masing pengelola herbal berupa gambar produk herbal, warna sesuai produk, hingga alamat usaha.

Desideria menambahkan packaging yang bagus akan didesain untuk menarik perhatian konsumen yakni memilih warna dan memberi kesan alami dan sehat, informasi terkait manfaat dan komposisi produk, serta tanggal kadaluwarsa.

Menurut Desideria, branding dan packaging yang didesain nantinya harus elegan, alami, dan ramah lingkungan, meskipun kemasan sederhana dan bertekstur natural dan eco-friendly.

Pengabdian tim ini meliputi berbagai proses kegiatan di antaranya pematangan lokasi dan desain pengelola produk herbal sesuai keinginan produsen, pembuatan branding dan packaging 10 produk herbal, membangun teknologi Solar Tunnel Dryer; hingga penyerahan hasil teknologi Solar Tunnel Dryer.

Tim abdimas menyatakan bahwa program pengabdian ini menjadi langkah awal yang strategis dalam mendorong kemandirian ekonomi desa melalui pengembangan antara inovasi teknologi dan penguatan identitas produk lokal.

Victoria menambahkan kolaborasi antara akademisi dan pelaku lokal dalam program ini menjadi contoh nyata bahwa pengembangan potensi desa dapat dilakukan secara berkelanjutan dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Korupsi Kuota Haji, KPK Taksir Kerugian Negara Rp1 Triliun

Korupsi Kuota Haji, KPK Taksir Kerugian Negara Rp1 Triliun

News
| Senin, 11 Agustus 2025, 21:47 WIB

Advertisement

Pendakian Rinjani Dibuka Kembali 11 Agustus 2025

Pendakian Rinjani Dibuka Kembali 11 Agustus 2025

Wisata
| Minggu, 10 Agustus 2025, 15:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement