Advertisement

Memaknai Hari Pahlawan 10 November

Sirojul Khafid
Jum'at, 10 November 2023 - 08:27 WIB
Sunartono
Memaknai Hari Pahlawan 10 November JIBI - patung Jenderal Sudirman

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Meski sudah merdeka, Indonesia belum sepenuhnya bebas dari bayang-bayang kolonialisme. Pertempuran besar pertama setelah merdeka yang nantinya kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Bagaimana memaknai kepahlawanan hari ini?

Singkat ceritanya, Belanda menjajah Indonesia. Belanda kalah dari Jepang, dan giliran sesama negara Asia itu yang menjajah Indonesia. Jepang kalah dalam Perang Dunia II dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Kalahnya Jepang membawa mantan penjajah Indonesia, Belanda, datang lagi ke Indonesia melalui kendaraan Sekutu.

Advertisement

Niat awal Sekutu ke Indonesia untuk melucuti tentara Jepang dan mengurus tawanan perang asal Belanda di Indonesia, termasuk di Surabaya. Kehadiran Sekutu, yang di dalamnya ada NICA (Belanda) dan AFNEI (Inggris) mendapat penolakan dari masyarakat Surabaya. Salah satu bentuknya dengan perobekan kain warna biru bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945. Bendera merah putih berkibar setelahnya. Aksi penolakan atau pemberontakan ini dianggap murni dari masyarakat, tidak ada unsur organisasi atau perintah Pemerintah Indonesia.

BACA JUGA : Berikut Daftar 6 Pejuang yang Dianugerahi Gelar Pahlawan

Tidak lama setelahnya, Sekutu meminta rakyat Surabaya menyerahkan senjata yang diperoleh dari tentara Jepang. Pengumuman perintah ini disebarkan melalui pamflet yang dijatuhkan dari Pesawat Dakota pada 27 Oktober 1945. Pamflet tersebut menyulut amarah masyarakat Surabaya. Selama proses ini, terjadi gejolak ‘kecil’, termasuk ketika truk dari Pemuda Republik Indonesia (PRI) Sulawesi melewati kawasan Rumah Sakit Darmo. Mereka diserang pasukan Gurkha (pasukan ciptaan Inggris). Gejolak lain menyebar ke daerah Kayoon, Simpang, Ketabang, Jembatan Merah, Tanjung Perak, dan Benteng Miring.

Terjadi serangkaian serangan 27-29 Oktober 1945. Agar suasana kondusif, berbagai pihak membawa Presiden Soekarno ke Surabaya. Soekarno, Amir Sjarifuddin, dan Mallaby (Brigadir dari Inggris) bersepakat adanya gencatan senjata. Tidak berlangsung lama, kembali terjadi bentrokan yang menewaskan Brigadir Jenderal Mallaby pada 30 Oktober 1945.

Kematian Mallaby membuat Inggris marah dan kembali mengultimatum rakyat Indonesia, khususnya Surabaya, untuk menyerahkan semua senjata pada 10 November 1945. Apabila tidak dilakukan, Inggris akan mengebom Surabaya. Namun rakyat Surabaya tidak mengindahkan ultimatum itu, dan terjadilah perang besar pertama sejak proklamasi. Sebanyak 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban dan 1.600 tentara Inggris tewas, hilang dan luka-luka. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban pada masa itu membuat Kota Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan.

Sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang untuk mengusir Inggris, pada tahun 1959 Pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Hal tersebut tertuang pada Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno.

Meski saat ini Indonesia sudah terbebas dari perang, pemaknaan Hari Pahlawan bisa dinamis dengan perkembangan zaman. Rektor UIN Sunan Kalijaga, Phil Al Makin, mengatakan makna Hari Pahlawan sebagai bentuk mengapresiasi dan menjadikan rekan kerja sebagai pahlawan dan bekerja bersama-sama dengan baik.

“Pahlawan juga ada di sekitar kita, dan kita harus menghormati mereka,” katanya. “Para guru, dosen, tenaga kependidikan, seluruh pimpinan, dan seluruh mahasiswa, semua adalah pahlawan. Semoga Tuhan memberi keselamatan kepada pahlawan kita.”

Sementara bagi sosiolog Sawedi Muhammad, Hari Pahlawan menjadi momentum untuk merefleksi terhadap kondisi objektif dunia pendidikan di Indonesia. Para pahlawan yang telah gugur mempertaruhkan jiwa raganya untuk merebut kemerdekaan, harus dihargai dengan mengisi kemerdekaan dengan mereproduksi pahlawan-pahlawan baru melalui pendidikan.

Pahlawan masa kini tidak lagi orang yang merelakan jiwa raganya menghadapi para agresor, tetapi mereka yang mampu membuat inovasi kreatif dan berkontribusi nyata bagi pembangunan bangsa. “Inovasi kreatif hanya dapat berkembang apabila didukung oleh sistem pendidikan yang adaptif-fleksibel terhadap perubahan zaman serta didukung oleh kebijakan riset dan pengembangan yang progresif-proporsional,” katanya.

Patut disadari bahwa untuk menjadi bangsa besar, tangguh, dan berpengaruh, maka salah satu kekuatan strategis yang harus dipersiapkan adalah kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi. Dengan kualitas SDM yang tangguh, cita-cita menjadi bangsa yang berdikari akan tercapai.

“Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran kolektif agar semua elemen bangsa terpanggil untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan iklim pendidikan yang sehat dan visioner untuk mewujudkan kemandirian bangsa di masa depan,” kata Sawedi.

Dalam memaknai Hari Pahlawan pula, Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi, mengatakan pentingnya merawat kebhinekaan, seperti buah pemikiran Presiden ke-4 RI almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Semangat ini untuk merawat dan meneruskan cita-cita persatuan Indonesia dari ancaman radikalisme yang menyusup kedalam wajah agama.

"Semangat Gus Dur sangat jelas, idenya tentang pribumisasi yaitu apapun kepercayaan kita, apapun keyakinan agama kita itu perlu dikontekstualisasikan dalam kebhinekaan Indonesia," kata Mujtaba. "Artinya 10 November sebagai Hari Pahlawan juga merupakan hari kebhinekaan dalam memperjuangkan bangsa ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hati-Hati! Penawaran Visa Haji Palsu Beredar di Media Sosial

News
| Sabtu, 27 April 2024, 18:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement