Advertisement

Mahasiswa Magister Psikologi USD Mewakili Indonesia Beraudiensi dengan Paus Fransiskus

Media Digital
Senin, 24 Juni 2024 - 18:42 WIB
Maya Herawati
Mahasiswa Magister Psikologi USD Mewakili Indonesia Beraudiensi dengan Paus Fransiskus Audiensi dengan Paus Fransiskus dalam program Building Bridges Across Asia Pacific pada Kamis (20/6/2024). - ist - USD

Advertisement

JOGJA—Maria Anita, mahasiswa Magister Psikologi Universitas Sanata Dharma (USD) berkesempatan mewakili Indonesia untuk melakukan audiensi dengan Paus Fransiskus dalam program Building Bridges Across Asia Pacific pada Kamis (20/6/2024).

Program yang diinisiasi oleh Loyola University Chicago ini mempertemukan Paus Fransikus dengan para mahasiswa di Asia Pasifik secara daring untuk membicarakan tentang tantangan yang dihadapi orang muda dan gereja di dunia modern.

Advertisement

Acara dialog ini berlangsung pada Kamis, 20 Juni 2024 pukul 19.00 WIB dan merupakan bagian dari serangkaian kegiatan Building Bridges Initiative. Dialog ini pertama kali diinisiasi oleh Loyola University Chicago pada tahun 2022, sebagai respons terhadap panggilan sinodal Paus untuk sinodalitas yang mempromosikan dialog lintas budaya dan lintas iman.

Mahasiswa dari berbagai universitas di Filipina, Australia, Selandia Baru, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, dan Indonesia berkesempatan melakukan dialog dengan Bapa Suci. Paus juga menyambut partisipasi dari mahasiswa-mahasiswa dari Singapura, Timor Leste, dan Papua Nugini, negara-negara yang akan dikunjunginya September mendatang.

Persiapan audiensi dengan Paus Fransiskus dilakukan selama satu bulan. Indonesia masuk dalam satu regio bersama dengan Timor Leste dan Singapura. Dua mahasiswa di regio ini diwakili oleh Maria Anita (Magister Psikologi USD) dan Helen Vyanessa Ribca Oroh (Mekatronika ATMI Surakarta). Dalam persiapan audiensi ini, keduanya dibimbing para fasilitator Indonesia, yaitu Romo Heri Setyawan, SJ, (dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma) dan Romo Lucianus Suharjanto, SJ (dosen Pendidikan Bahasa Inggris USD).

Dalam kesempatan audiensi bersama Paus Fransiskus pada Kamis yang lalu, Maria Anita menyampaikan masalah interfaith relationship dan mental health yang saat ini makin marak terjadi di Indonesia.

”Generasi muda di Indonesia menghadapi dilema interfaith relationship, antara meninggalkan Gereja atau membangun keluarga dengan latar belakang agama berbeda. Oleh karenanya dibutuhkan bimbingan Gereja untuk pembentukan iman yang sesuai dengan perkembangan kehidupan dan konteks interfaith dan interreligious,” ungkapnya.

BACA JUGA: Viral Pedagang di Mandala Krida dapat Uang Palsu, Ini Penjelasan BI DIY

Selain itu, Maria juga menyampaikan masalah kesehatan mental generasi muda. Ia menanyakan bagaimana Gereja dapat merespons dan memberikan dukungan untuk menjaga kesehatan mental dan fisik generasi muda.

”Masalah kesehatan mental sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku orang muda. Hal ini terkait dengan masalah komunikasi dan masalah ekonomi dalam keluarga. Keduanya yang berdampak besar pada kehidupan kaum muda, terutama dalam akses pendidikan dan fasilitas kesehatan yang memadai,” katanya.

Paus Fransiskus memberikan tanggapan hangatnya dan menyadari betapa sulitnya kaum muda Katolik untuk berpartisipasi dan memiliki sense of belonging di masyarakat. Bapa Suci mendorong kaum muda untuk berpegang teguh pada iman dan menjaga hati mereka tetap terhubung dengan doa. Dengan melakukan hal ini, kata Paus, akan membantu dalam hal interfaith dialog dan memungkinkan kam muda Katolik untuk selalu berinteraksi dengan orang lain secara lebih efektif.

Dalam pidato yang mendalam kepada mahasiswa Asia Pasifik, Paus Fransiskus menekankan pentingnya mempertahankan keyakinan yang teguh meskipun menghadapi tekanan lingkungan, serta menjaga rasa memiliki untuk melindungi dari kerentanan. Beliau menyoroti isu identitas, martabat manusia, kesehatan mental, diskriminasi, dan stigma sosial yang menghambat inklusivitas, sambil menegaskan bahwa perempuan memiliki peran unik dan tidak boleh dianggap sebagai warga kelas dua.

Paus Fransiskus juga membahas pentingnya pendidikan yang holistik dan mendorong kaum muda Katolik untuk tetap teguh pada iman mereka melalui doa. Beliau mengajak semua pihak untuk menolak ideologi konflik dan perang, serta membangun harmoni dan dialog antar budaya demi perdamaian di dunia yang penuh ketidakpastian.

Paus Fransiskus mengakhiri acara ini dengan mengucapkan terima kasih kepada para mahasiswa atas partisipasi dan refleksi mereka yang telah membantu beliau memahami lebih dalam situasi kaum muda Katolik, terutama dalam persiapan beliau untuk perjalanan apostolik ke Asia dan Oseania pada bulan September mendatang. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kemenperin Terbitkan Platform JIS dan Polimer untuk Percepatan Layanan Industri

News
| Sabtu, 28 September 2024, 22:37 WIB

Advertisement

alt

Menyusuri Assos, Permata di Aegean Utara Turki

Wisata
| Sabtu, 28 September 2024, 01:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement