Advertisement
Program Budidaya Maggot oleh Mahasiswa KKN IPB di Wonogiri, Solusi Sampah Organik dan Peluang Ekonomi

Advertisement
WONOGIRI – Mahasiswa KKN Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tengah mengabdi di Desa Jeporo, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri, menghadirkan program unggulan berbasis lingkungan dan ekonomi yaitu budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF).
Program ini tidak hanya dirancang sebagai solusi penanganan limbah organik, tetapi juga sebagai upaya pemberdayaan ekonomi melalui teknologi pertanian berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya, tim KKN IPB menggandeng Pondok Pesantren Baitul Izza sebagai mitra utama. Hal ini karena lembaga pendidikan berbasis pesantren dinilai memiliki potensi besar dalam mengadopsi inovasi yang produktif dan aplikatif.
Advertisement
Program budidaya maggot ini dilaksanakan melalui tiga tahap utama. Tahap pertama mencakup persiapan dan perencanaan teknis seperti identifikasi lokasi, koordinasi dengan pihak pesantren, serta persiapan alat dan bahan budidaya.
Tahap kedua, yang menjadi inti pelaksanaan, berlangsung pada 21 Juli 2025. Dalam tahap ini, mahasiswa bersama mitra membangun kandang maggot di lingkungan pesantren. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi edukasi mengenai manfaat dan teknik budidaya maggot yang mencakup pembuatan media, pemberian pakan organik, hingga simulasi pemanenan.
Para santri dan pengurus menunjukkan antusiasme tinggi dengan aktif terlibat dalam praktik langsung dan sesi diskusi.
Tahap ketiga berupa pendampingan dan pemantauan secara berkala. Tim KKN IPB secara rutin mengunjungi mitra untuk memastikan proses budidaya berjalan optimal serta membantu mengatasi kendala teknis. Pendampingan ini bertujuan membangun kemandirian pesantren dalam mengelola budidaya maggot secara berkelanjutan.
Pemilihan program budidaya maggot BSF bukan tanpa alasan. Maggot mampu mengurai sampah organik secara cepat dan efisien, sekaligus memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai alternatif pakan ternak, khususnya ikan dan unggas. Dengan demikian, program ini tidak hanya menjadi solusi bagi persoalan lingkungan, tetapi juga membuka peluang wirausaha.
“Program ini bukan sekadar budidaya larva, melainkan penanaman pola pikir inovatif dan berkelanjutan. Maggot adalah simbol perubahan dari sampah menjadi manfaat, dari masalah menjadi peluang” ujar Katiyo, selaku pimpinan Pondok Pesantren Baitul Izza.
Melalui program ini, mahasiswa IPB berharap kontribusi yang diberikan dapat terus berlanjut dan dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat, khususnya oleh Pondok Pesantren Baitul Izza. Kedepannya, budidaya maggot ini diharapkan bisa menjadi proyek percontohan yang direplikasi di wilayah lain, sehingga memberikan manfaat lebih luas dalam mendukung ketahanan pangan, pengelolaan sampah, dan pemberdayaan ekonomi lokal. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ingat! Kekurangan Zat Besi dapat Mengancam Kemampuan Belajar Anak Saat Kembali ke Sekolah
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja Pekan Ini, 26-31 Juli 2025, Bantul Creative Expo, Jogja International Kite Festival hingga Tour de Merapi 2025
Advertisement
Berita Populer
- Kuota Sertifikasi Halal di DIY Masih Ada 10 Ribu, Pelaku UMKM Diimbau Memanfaatkan
- Cek Lokasi Pemadaman Listrik Hari Ini Senin 28 Juli 2025: Giliran Kawasan Gejayan Sleman
- Mudah Diakses, Ini Jalur dan Rute Trans Jogja Hari Ini
- DPRD DIY Dorong Inovasi dan Transparansi dalam Perencanaan Pembangunan 2026
- Calon Kepala BPBD dan Kesbangpol Kulonprogo Akan Jalani Uji Kompetensi, Ini Daftar Pesertanya
Advertisement
Advertisement