Gandeng Jerman, UMY Kembangkan Teknologi Penanaman Padi Terapung

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bersama Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia atau Lembaga kerja sama internasional Jerman mengembangkan penanaman padi dengan teknologi terapung. Program yang bergulir sejak 2022 ini telah berhasil memanen padi hasil budidaya.
GIZ Indonesia melakukan sejumlah kerja sama di Indonesia dengan menyasar bidang energi dan perubahan iklim, pertumbuhan inklusif yang dapat menjangkau masyarakat luas dan pemerintahan yang baik dan jejaring global. Kali ini GIZ yang berasal dari Jerman ini Bersama UMY mengembangan teknologi padi terapung dengan sasaran pengelolaan lahan gambut dengan sistem paludikultur berbasis masyarakat.
BACA JUGA : Efisienkan Pekerjaan Petani, Peneliti UNY dan UGM
“Kerja ini termasuk sebagai pusat pembelajaran petani melalui pembangunan demplot usaha pertanian ditengah rawa gambut, selain itu dapat menjadi model bagi pengelolaan usaha masyarakat yang ramah lingkungan di kawasan lahan gambut,” kata Kepala LPM UMY Gatot Supangkat, Sabtu (7/1/2023).
Ia menambahkan program bersama GIZ ini telah diterapkan di Desa Muhuran, Kabupaten Kutai Kertanegara dan di desa Minta, Kabupaten Kutai Barat dengan berbagai riset dan ujicoba. Salah satu yang telah dikembangkan adalah budidaya padi dengan cara apung.
Teknologi ini menjadi solusi, karena para petani mengeluhkan gagal panen dan produksi padi yang tidak optimal. Warga memanfaatkan area rawa yang surut sebagai lahan tanam padi. Namun, lahan ini sering kali mendapat luapan air sungai Mahakam, akibatnya padi terpendam air yang mengakibatkan gagal panen. “Karena itu salah satu inovasi yang kami lakukan adalah menamam padi dengan cara terapung seperti yang saat ini bisa kita lihat di Green House Faklutas Pertanian,” ujar Gatot Supangkat.
Sistem pertanian padi apung merupakan teknik budidaya padi yang menggunakan rakit sebagai media tanam pada lahan tergenang air. Padi apung menjadi salah satu upaya adaptasi terhadap perubahan iklim untuk wilayah rawan banjir atau rawa yang tergenang air. Apabila padi apung dikembangkan di lokasi lahan rawan banjir atau rawa, maka akan terjadi peningkatan hasil produksi dan pendapatan bagi para petani. Tentunya sistem pertanian padi apung menjadi solusi untuk mengatasi dan memanfaatkan kondisi lahan rawan banjir dan rawa dengan optimal.
BACA JUGA : Petani Bantul Diarahkan Kuasai Teknologi Pertanian
Hasil panen dari rakit padi apung yang menghasilkan gabah sebanyak 1,9 kilogram. Pada dua kali praktik uji coba padi apung di Kalimantan Timur menggunakan jenis padi IR 64, bisa menghasilkan gabah sejumlah 4 ton per hektare. Dalam ujicoba kali ini menggunakan jenis padi Rojolele yang jika dikonsersikan pada luas 1 hektare bisa menghasilkan 3,5 ton per hectare.
“Padi apung menjadi salah satu upaya adaptasi terhadap perubahan iklim untuk wilayah rawan banjir atau rawa yang tergenang air. Apabila padi apung dikembangkan di lokasi lahan rawan banjir atau rawa, maka akan terjadi peningkatan hasil produksi dan pendapatan bagi para petani karena adanya peningkatan nilai ekonomi dari lahan tersebut,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Ini 10 Negara dengan Durasi Puasa Terpanjang di Dunia pada 2023
Advertisement
Berita Populer
- Pengurus Masjid Diminta Tidak Memberikan Panggung Kampanye Politik
- Pelaku Usaha & Investor Diimbau Patuh Laporkan Kegiatan Penanaman Modal
- Kisah Pensiunan Satpol PP Lestarikan Pakaian Adat Jogja dengan Menyewakan Busana
- Cegah Klitih saat Ramadan, Kapolda DIY: Kami Patroli sampai Matahari Terbit
- Nyaris Bacok Pengendara Motor, 3 Remaja Sleman Ayunkan Sajam Sepanjang Jalan
Advertisement