FSMR ISI Jogja Gelar Seminar Akselerasi serta Refleksi Seni dan Media di Era Kecerdasan Buatan
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja menggelar seminar bertajuk Akselerasi serta Refleksi Seni dan Media di Era Teknologi secara Hibrida pada Rabu (1/11/2023) dan Kamis (2/11/2023).
Ketua Panitia Seminar, Tegar Andito, mengatakan media rekam saat ini memungkinkan berbagai macam inovasi dalam pemanfaatannya untuk berkesenian seiring perkembangan teknologi. Di antaranya teknologi kecerdasan buatan yang mudah diakses dan berkembang dalam hitungan pekan. Hal ini menimbulkan keresahan dan ketakutan di kalangan pelaku kesenian kecerdasan buatan dapat menggantikan peran para seniman untuk menciptakan karya seni.
Advertisement
BACA JUGA : Kembangkan Pantai Banaran dan Pantai Trisik, Dispar Kulonprogo Gandeng ISI Jogja
“Meski dalam taraf tertentu, kecerdasan buatan ini dapat dimanfaatkan pula oleh para seniman sebagai alat bantu dalam penciptaan karya seni,” katanya seperti dalam rilis kepada Harianjogja.com, Rabu (1/11/2023).
Tegar Andito mengatakan kecerdasan buatan perlu dilatih untuk dapat bekerja dengan baik memberikan peluang para pelaku seni untuk berkontribusi dalam berkarya. Oleh karena itu tema seputar teknologi dan kelindannya dengan seni media rekam diangkat menjadi tema seminar tahun ini. Akses karya seni, di bidang televisi, fotografi, dan animasi tidak lagi hanya disajikan pada media yang sifatnya datar, namun juga mulai populer disajikan dalam virtual reality maupun augmented reality.
“Di mana karya seni media rekam disajikan dalam wujud ilusi optik sehingga memberikan pengalaman alternate reality kepada penikmat karya seni,” katanya.
Dalam hal konten karya media rekam, terdapat tren penyampaian gagasan yang kadang di dalamnya terdapat unsur kritik sosial dalam wujud meme dan short video melalui keberadaan sosial media. Di lain sisi, terdapat kejenuhan dalam pemanfaatan teknologi dalam penciptaan karya seni media rekam. “Populernya berbagai karya seni yang dijadikan NFT pada 2021 dan kejatuhan nilai jualnya pada 2022 menimbulkan kejenuhan dalam penciptaan karya seni digital,” ujarnya.
Hal ini memicu tren penciptaan tangible artwork di mana karya-karya seni sengaja diciptakan menggunakan teknik tradisional yang dapat disentuh secara fisik.
Dekan FSMR ISI Jogja, Edial Rusli, menambahkan kalimat akselerasi serta refleksi seni dan media di era teknologi dipilih sebagai tema yang mewakili isu dan tren seni dan media tersebut. Tema tersebut dipilih untuk menegaskan penelitian yang akan diseminarkan memiliki kerangka pikir seni media rekam tidak hanya berakselerasi dengan tren teknologi media yang ada, tetapi juga dapat berkontribusi dalam perkembangannya. “Sekaligus merefleksikannya dengan teknologi yang telah ada sebelumnya,” ujar Edial Rusli.
Seminar Seni Media Rekam 2023 menghadirkan guru besar Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan sekaligus ahli filsafat kebudayaan, Prof. Ignatius Bambang Sugiharto, serta rektor Institut Seni Indonesia Jogja, Irwandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Dua Kali Menang Pemilihan Presdenn AS, Donal Trump Cetak Rekor
Advertisement
Menikmati Keindahan Teluk Triton Kaimana, Tempat Wisata Unggulan di Papua Barat
Advertisement
Berita Populer
- Inbup Sleman tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol dan Oplosan Resmi Terbit
- Festival Pilkada Yogyakarta: Menggugah Kepedulian Anak Muda terhadap Kondisi Daerahnya
- Asal Mula KPU dan Timses Paslon 02 Harda-Danang Layangkan Surat Keberatan Terkait Debat Publik Pilkada Sleman
- Perkuat Ketahanan Kesehatan Iklim, UGM Ajak Mahasiswa Internasional ke Kulonprogo
- Wajah Baru Alkap DPRD Kota Jogja, Bapemperda Jadi Penentu Kinerja Legislasi
Advertisement
Advertisement