Advertisement

Pakar: Arsitektur Antroposen Perlu Digaungkan untuk Cegah Kerusakan Bumi

Sunartono
Rabu, 06 Maret 2024 - 05:57 WIB
Sunartono
Pakar: Arsitektur Antroposen Perlu Digaungkan untuk Cegah Kerusakan Bumi Pakar Ilmu Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII) Profesor Ilya Fajar Maharika. - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pakar Ilmu Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII) Profesor Ilya Fajar Maharika mengusulkan konsep arsitektur antroposen untuk mencegah kerusakan bumi. Secara ekstrem Ilya mengatakan arsitek tampaknya telah melahirkan gagasan yang bagi bumi adalah monster dengan potensi merusak inangnya, kini menjadi krisis bagi bumi.

"Sebagai gambaran, fakta global menunjukkan bangunan dan sektor konstruksi menyumbang 36 persen dari penggunaan energi final global dan 39 persen emisi karbon dioksida terkait energi ketika pembangkit listrik hulu dimasukkan. Artinya ilmu arsitektur menjadi salah satu bidang paling bertanggung jawab terhadap penggunaan energi maupun emisi karbon," kata Ilya dalam pidato pengukuhan guru besar belum lama ini sebagaimana dikutip Harianjogja.com, Rabu (6/3/2024).

Advertisement

BACA JUGA : Pakar UGM: Persoalan Sampah di DIY Terus Berlarut, Bisa Timbulkan Kerusakan Lingkungan

Ilya mengatakan arsitektur disandingkan kata Antroposen yang merupakan konsep waktu geologis baru. Mengutip arsitek muda asal India, Dosen FTSP UII ini mengungkap arsitektur yang kontekstual pada satu lokasi alami tertentu berpotensi digunakan secara keliru oleh para arsitek dan desainer.

Konteksnya mudah dimanipulasi agar arsitek dapat menyusun narasi yang seolah-olah kita berpikir bahwa manusialah yang mendominasi alam. Ekstremnya, alam saat ini sekadar menjadi ornamen dalam arsitektur dan kemudian menamakannya sebagai arsitektur berkelanjutan dan hijau. "Sekadar dekorasi fasad dengan tanaman hijau dan lansekap tidaklah berarti bahwa arsitektur ramah lingkungan," katanya.

Ia menilai upaya intervensi untuk program menjaga lingkungan khususnya perkotaan memang banyak digulirkan, salah satunya kawasan bebas kendaraan bermotor. Akan tetapi sebagian besar masih berbasis event, kepentingan dekoratif atau tamanisasi yang berdampak sangat kecil dilihat dari skala kebutuhan untuk memitigasi perubahan iklim. Selain itu, kebijakan pun sering maju-mundur. 

BACA JUGA : Bank BPD DIY Senopati Teruskan Atasi Masalah Sampah di Jogja

"Ini rentan untuk mewujudkan cita-cita Antroposen yang mampu menjadikan kota kita tidak lagi sumber polusi, produsen CO2, dan suhu panas. Kita juga kehilangan sensitivitas terhadap prioritas. Mengubah 40 kota secara radikal dengan solusi-solusi alami, mobilitas aktif dan massal, dan mendorong ekonomi hijau, akan lebih berdampak besar dibandingkan menciptakan satu kota super cerdas atau 40 seperti Jakarta," katanya.

Ilya menegaskan naskah pidato pengukuhan ini ditujukan untuk melantangkan manifesto Arsitektur Antroposen dan kontekstualisasinya bagi Indonesia. "Ini adalah ajakan untuk membicarakan secara serius baik di ranah paradigma atau cara pandang, praktik arsitektural dan konstruksi pada umumnya, maupun pendidikan arsitektur serta kerja sama antardisiplin," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BNPB: Gempa Garut Rusak 110 Rumah dan Berdampak pada 75 KK

News
| Minggu, 28 April 2024, 17:57 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement