Advertisement
Libatkan Gen Z, Gerakan Turun ke Sekolah Diluncurkan untuk Tangani Masalah Pendidikan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Akademisi Universitas Gadja Mada (UGM) Muhammad Nur Rizal meluncurkan program sosial nirlaba bertajuk Gerakan Turun ke Sekolah atau GTS setelah sukses dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Program ini telah digulirkan batch pertama pada Maret dan kedua pada Sabtu (3/8/2024).
GTS menjadi sebuah gerakan aksi massal yang dihadirkan oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan sebagai wadah bagi anak muda untuk bisa ikut berkontribusi dalam perubahan pendidikan di Indonesia dengan cara turun ke sekolah. Bedanya jika GSM menyasar para guru untuk menjadikan sistem belajar menyenangkan. Sedangkan GTS menjadi pelajar khususnya generasi Z hingga pemuda mahasiswa untuk terjun menjadi guru agar merasakan kondisi sosial pendidikan di tengah masyarakat.
Advertisement
BACA JUGA : BEDAH BUKU: Dampingi Gen Z, Orang Tua Harus Paham Pola Pikir Anak
"Saat ini terjadi persoalan gap sosial di tengah luapan informasi area internet menyebabkan anak muda kehilangan arah jati diri. Dunia jadi desa global tidak ada batas aturan. Anak muda khususnya gen z akan kehilangan eksistensinya dan kemampuan mengendalikan diri," kata Muhammad Nur Rizal yang juga dosen Elektro ini, Sabtu.
Ia menuturkan kesenjangan sosial itu terjadi sangat kentara sekali di tengah arus informasi di kalangan anak muda. Contohnya, ada anak dengan usia masih mudah sudah memiliki penghasilan tinggi kemudian melakukan aksi pamer atas pencapaianya. Padahal di sisi lain banyak anak di desa yang tidak mampu bersekolah karena terkendala biaya.
"Lewat program sosial ini, GTS ini kami ajak anak muda terjun langsung. Melihat dan merasaka kondisi siswa di pinggiran. Agar tidak terjadi gap tadi, caranya datang ke sekolah tetapi sekolah di desa, bukan sekolah internasional. sehingga merasa beruntung, kesenjangan sosial akan semakin turun justru menemukan kebermaknaan," ujarnya.
Peserta GTS Ilham Ramdani mengatakan ia sudah terjun di sebuah sekolah terpencil di Gunungkidul. Sehingga merasakan langsung proses pembelajaran dan kondisi sosial para siswanya. Menurut GTS menjadi salah satu batu loncatan untuk memahami kondisi pendidikan saat ini dan sangat cocok untuk bekal khususnya mahasiswa calon guru.
"Sayan turun ke Gunungkidul itu mendapatkan curhatan dari guru, dia hanya mendapatkan 4 siswa, kami merasa sangat mendapatkan manfaat dari efek membersamai guru," kata Mahasiswa UNU Jogja ini
Adapun peserta lainnya dari kalangan pelajar SMA Andrea Zulibia menyoroti terkait kurikulum merdeka yang sepenuhnya memberikan kebebasan kepada siswa tanpa ada pendampingan khusus. Ia menilai GTS bisa menjadi salah satu gerakan yang di dalamnya ada pendampingan.
BACA JUGA : Percepat Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Tri Perkuat dan Perluas Jaringan di DIY Jateng
"Kalau di sekolah dengan guru terlalu ndakik [teoritis], materi sepenuhnya dengan ajaran singkat dan monoton, tidak bisa diterima dengan jelas, meski bisa dipelajari dengan AI, bagaimana teori dipelajari secara keseluruhan dengan banyaknya mata pelajaran," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Prabowo Ungkap Penerapan Tarif Trump untuk Indonesia yang Saling Menguntungkan
Advertisement

Berwisata di Tengah Bediding Saat Udara Dingin, Ini Tips Agar Tetap Sehat
Advertisement
Berita Populer
- Polisi Ringkus Pelaku Penggelapan Sepeda Motor di Mergangsan Jogja
- Disdikpora Kulonprogo Belum Terima Laporan Penutupan SMP Maarif Yani, Ini Tanggapan Pihak Yayasan
- Banyak Sekolah Negeri di Kulonprogo Kekurangan Siswa, Bupati Ajukan Opsi Regrouping
- Lulusan Sarjana Jadi Pengangguran Terbanyak Kedua di Bantul
- Kepala Pilar Tol Jogja-Solo Ditargetkan Selesai Dikerjakan Agustus 2025
Advertisement
Advertisement