Advertisement
Dosen Bahasa Indonesia UAD Membahas Ragam Serapan Bahasa Arab yang Kerap Salah Penulisan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Menyambut datangnya bulan puasa bagi umat Islam, kerap kali banyak muncul istilah keislaman dalam beragam tulisan di konten media sosial (medsos) bertema Islam. Namun, tak jarang istilah-istilah itu dituliskan tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, seperti yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Moch Hafid Arofat, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mencontohkan satu kata yang kerap dianggap lumrah namun tidak sesuai dengan KBBI adalah Ramadhan.
Advertisement
“Tidak jarang di pusat perbelanjaan, hotel, iklan media cetak maupun daring bahkan konten-konten di media daring masih banyak menggunakan kata Ramadhan dengan huruf dh. Bahkan ada yang Romadhon, Romadon dan Ramadlan. Lalu mana yang benar sesuai KBBI?” katanya.
Ia pun menjelaskan bahwa jika merujuk ke KBBI dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) bentuk penulisan kata yang benar adalah Ramadan. Bukan Ramadhan, Romadhon, Romadon, Ramadlan atau yang lainnya.
Selain kata Ramadan masih banyak kesalahan lainnya yang masih sering dipakai masyarakat. Contohnya saja penulisan kata sholat sebenarnya penulisan yang benar adalah salat, lalu infaq yang benar infak. Masih ada lagi, taraweh yang benar tarawih.
Kekeliruan penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar ini menurut dia karena bahasa Indonesia menyerap dari kata bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
“Lantas penulisan disesuaikan dengan kebiasaan orang Indonesia, kebiasaan penutur-penuturnya. Dalam bahasa Indonesia itu tidak ada konsonan dobel, sama seperti D-H sama S-H. Makanya banyak orang yang menyebutnya, yang benar adalah salat , S-A-L-A-T. Nah, itu kalau mengambil dasarnya dari mana, dari perdoman ejaan bahasa Indonesia,” jelasnya kepada Harian Jogja belum lama ini.
BACA JUGA: Tol Jogja-Solo Dibuka Fungsional sampai Tamanmartani Sleman Saat Mudik Lebaran 2025
Ia juga menjelaskan bahwa dalam berbahasa tidak ada yang namanya benar dan salah.
“Pada prinsipnya bahasa itu enggak ada yang benar, enggak ada yang salah. Jadi, ketika orang nanti akan menyebutkan Ramadhan, pasti mereka paham, oh iya ini bulan suci. Bukan tren juga karena memang dari zaman dulu tahun 1990-an, 2000-an kalau kita melihat iklan, kita melihat pengumuman, itu tulisannya juga seperti itu,” katanya.
Dosen sekaligus reporter ini mengungkapkan harapan ke depannya agar penulisan yang sering tidak sesuai dengan KBBI dapat diperbaiki dan sosialisasikan nantinya sehingga tidak ada perdebatan.
“Peran dari teman-teman Gen Z dan milenial ini sangat penting, terutama di sosial media. Sebenarnya sudah banyak banget campaign atau banyak banget memberikan konten-konten kebahasaan di sosial media. Namun, masyarakat yang minim literasi, yang minim untuk mencari informasi lain, itu menganggap apa yang selama ini salah, itu dianggap benar karena sudah menjadi budaya,” katanya.
Berkaitan dengan transliterasi atau alih aksara dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia terdapat penyesuaian huruf Arab ke Latin.
Ia menjelaskan huruf Arab yang tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa Indonesia sehingga diadaptasi agar sesuai dengan sistem ejaan yang lebih mudah dipahami, dalam kata Ramadhan dalam bahasa Arab memiliki “dh” dua konsonan bertumpuk untuk mewakili huruf (dhad).
Tetapi dalam bahasa Indonesia disederhanakan menjadi Ramadan tanpa konsonan berderet, karena lebih muda dibaca dan diucapkan sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia.
“Beragam versi penulisan ini juga sebenarnya bukan persoalan, semangat menyambut dan menjalankan ibadah wajib dan sunah di bulan Ramadan menjadi keutamaan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Hasil Pemeriksaan Kecelakaan Pesawat Udara Air India, Kedua Mesin Mati di Udara Setelah Lepas Landas
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kasus Pelecehan Anak di Kasihan Dilaporkan ke Polres Bantul, Korban Siswi Berusia 6 Tahun
- Siapkan Surat-Surat! Polres Bantul Gelar Operasi Patuh Progo 14-27 Juli 2025
- Embarkasi Haji DIY di Kulonprogo Ditarget Beroperasi Tahun Depan
- Tiga Koperasi Desa Merah Putih di Sleman Sebagai Percontoan Nasional Siap Diluncurkan
- 4 Juta Wisatawan Melancong ke Sleman Selama Enam Bulan 2025, Candi Prambanan dan Kaliurang Masih Primadona
Advertisement
Advertisement