Advertisement
Jogja Music School, dari Garasi Kini Sudah Punya Cabang

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Berawal dari komunitas, kini kita mengenalnya sebagai Jogja Music School. Dari garasi, tempat kursus musik ini sudah punya beberapa cabang. Sudah cukup lama Chasan Muhammad berkecimpung di dunia musik. Beragam panggung sudah dia cicipi. Dia menjadi drummer salah satu band di Jogja.
Di suatu titik, Chasan dan beberapa teman membuka jasa kursus bermain musik. Belum ada ruang yang besar, maka garasi rumah menjadi titik awal ruang kursus. Di awal, konsepnya masih seperti komunitas. Tanpa ekspektasi yang berlebih, ternyata peminat orang yang hendak bergabung cukup banyak.
Advertisement
Pada 2009, Chasan membuka tempat pendidikan dan pelatihan musik bernama Jogja Music School (JMS). Dari garasi, lokasi berpindah ke Godean, Gamping, Sleman. Masa awal pembukaan JMS, jenis pelatihan masih terbatas pada drum, piano, dan vokal.
Perjalanan membawa JMS memiliki pelatihan dengan lebih banyak jenisnya, dari drum, vokal pop atau klasik, gitar pop atau klasik atau elektrik, bass, piano, keyboard pop atau klasik, biola pop atau klasik, saxophone, hingga flute. Tidak hanya terkait alat musik, ada pula pelatihan music recording atau producing.
General Manager JMS, Yohanes Putra Windayanto, mengatakan saat ini sudah ada sekitar 800 murid yang belajar berbagai instrumen. Perkembangan JMS yang cukup bagus tidak terlepas dari Jogja sebagai salah satu kota musisi, banyak pemusik yang berkegiatan di sini. Belum lagi ada sekolah atau kampus yang memang mempelajari musik. Sehingga tidak begitu susah mencari murid ataupun instruktur.
Semua kegiatan para murid JMS tersebar di tiga cabang. Selain di Godean, ada juga studio di Jalan Kaliurang km 8,5, Dayu, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman dan Jalan Bibis Raya, Ruko Pondok Permai Taman Tirto 2, Ngentak, Bangunjiwo, Bantul.
“Di JMS, ada kelas reguler dan hobi. [Untuk kelas] reguler wajib paham not balok, sejarah musik, dan sebagainya, ada tes berjenjangnya. Untuk kelas hobi, biasanya untuk seneng-seneng aja,” kata Putra, beberapa waktu lalu.
Sekali pertemuan berdurasi 45 menit. Bagi yang hendak berlatih, murid bisa datang langsung ke studio. Bisa juga instruktur yang datang ke rumah atau home course. Terdapat pula kelas online. Untuk home course dan online terdapat penyesuaian harga.
Bisa Eksplorasi Dulu
Pendaftar kelas reguler mayoritas anak-anak setingkat sekolah dasar (SD). Murid termuda JMS yang pernah bergabung berusia tiga tahun. Ada pula yang dari SD sampai kuliah masih konsisten belajar di JMS. Sementara untuk kelas hobi, kebanyakan yang mendaftar orang dewasa. Tidak jarang ada orang tua dari anak yang belajar di JMS, kemudian dia ikut bergabung.
“Pendaftar paling banyak [milih instrumen] piano, vokal, dan drum. Gitar enggak begitu banyak,” kata Putra, laki-laki asal Solo berusia 34 tahun ini.
“Untuk siswa biasanya awal-awal belum punya alat musik, boleh latihan di studio JMS, meski di luar jam les. Selama studio enggak dipakai, siswa bebas makai.”
Saat awal-awal belajar, murid-murid juga banyak yang masih mencari instrumen yang cocok. Sehingga tidak langsung membeli alat musik tertentu. Sangat sering murid berpindah dari satu instrumen ke instrumen musik lain, sampai menemukan yang cocok.
Banyak jenis murid dengan instrumen masing-masing juga memunculkan band-band yang lahir dari JMS. Instruktur bisa menggabungkan beberapa murid untuk membentuk band sebagai kelas tambahan. Sebulan sekali, entah tampil secara individu atau band, JMS rutin mengadakan konser. Lokasi biasanya di mal-mal yang tersebar di Jogja. “Perform [sebagai salah satu cara agar] siswa jadi rajin latihan,” katanya.
Sesuaikan Karakter Murid
Saat ini ada sekitar 40 instruktur musik di JMS. Dalam membersamai para murid, instruktur akan menyesuaikan pola mengajar dengan karakter murid. Ada yang lebih berkembang apabila didorong materi, ada yang perlu pelan-pelan, dan sebagainya. Analisis karakter ini biasanya pada empat pertemuan awal.
Penanganan yang tepat, harapannya potensi anak juga keluar dengan semakin maksimal. Dalam prestasi bermusik misalnya, beberapa murid JMS sempat lolos beberapa tahap audisi seperti Indonesian Idol sampai X Factor. Meski belum sampai tahap finalis.
Walaupun bukan di jalur musik, belajar musik juga bisa berpengaruh pada pengembangan skill akademik murid. “Jalurnya musik klasik, mereka juga sukses secara akademis di sekolah,” kata Putra.
Dalam prosesnya, tidak semua murid bisa berkembang dengan baik di musik. Kadang kala anak-anak belajar musik karena desakan orang tua, sementara mereka tidak begitu suka. Atau ada murid yang senang instrumen tertentu, namun diarahkan ke instrumen lainnya.
Putra berpesan pada murid atau orang tua murid, unsur terpenting dalam belajar musik adalah senang terlebih dahulu. Apabila sudah senang, maka perkembangan akan mengikuti. Dengan latihan yang konsisten dan terus mengulik, kemungkinan besar perkembangan anak dalam bermusik akan baik.
Latihan tambahan bisa melalui berbagai kanal seperti YouTube, namun untuk bisa lebih memperdalam, direkomendasikan untuk kursus. “Menjadi musisi, selain buat kesenengan, juga penopang di kegiatan lain, misal akademik. Sekarang segala kegiatan juga ada musiknya, mau event apapun, membutuhkan musik,” katanya.
Pernah Ada Momen Berat
Ada masa saat JMS mendapat tantangan besar. Dari jumlah murid yang bisa ratusan, saat pandemi Covid-19 menyebar di Indonesia, termasuk Jogja, JMS sempat membatasi kegiatannya. Selama pandemi, murid di JMS tidak sampai 100 orang.
Pernah dua pekan tidak ada kegiatan sama sekali. Penerapan protokol kesehatan tetap tidak cukup membantu membangkitkan kegiatan seperti semula dengan cepat. “Kemudian pelan-pelan [mulai berkegiatan], dengan memperkuat [kursus secara] online sama offline dengan pengetatan,” kata Putra.
Sistem kursus secara online sudah ada, namun tidak segencar seperti kondisi pandemi. Lantaran online, manajemen JMS akan memastikan kualitas video dan suara yang bagus. Kamera juga di-setting dari beberapa sisi atau angel, terutama instrumen yang memang memerlukan banyak sudut penglihatan. “Meski perlahan, namun beruntungnya bisa bangkit,” katanya.
Tidak lama sejak pandemi Covid-19 masuk, tepatnya tahun 2021, ada pembukaan cabang JMS yang ke-3. Kondisi semakin membaik hingga kini muridnya mencapai 800 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pertama dalam Sejarah, Hasto Kristiyanto Jadi Penerima Amnesti Kasus Korupsi di KPK
Advertisement

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa
Advertisement
Berita Populer
- Gunungkidul Alami Deflasi 0,05% pada Juli 2025
- Disperindag Sleman Sidak Toko Penjual Beras Diduga Oplosan di Maguwoharjo, Ini Hasilnya
- Star FM, Ignite The Spark, Semangat Menyala di Usia 16 Tahun
- Pengelola Tambang untuk Tanah Uruk Tol Jogja-Solo di Sampang Gedangsari Divonis 4 Tahun Penjara
- Tak Lagi Bela PSS Sleman, Hokky Caraka Disebut Merapat ke Persita
Advertisement
Advertisement