Advertisement
Retno Marsudi Bicara Soal Ancaman Krisis Air Dunia di UGM

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dunia tengah menghadapi ancaman krisis air bersih di tengah berlangsungnya perubahan iklim. Semua pihak perlu turut mendukung upaya pelestarian air dengan melakukan efisiensi air sesuai kemampuan dan kewenangan masing-masing.
Hal ini disampaikan Utusan Khusus Sekjen PBB untuk isu air, Retno Marsudi, saat ditemui media dalam penutupan Pionir Gajah Mada, yang merupakan masa pengenalan kampus bagi mahasiswa baru UGM, di lapangan Pancasila UGM, Sabtu (16/8/2025).
Advertisement
BACA JUGA: Pemkab Klaten Klaim Jumlah Desa Terdampak Krisis Air Bersih Berkurang
Menurutnya, tantangan dunia kedepan terkait ketersediaan air cukup berat karena adanya perubahan iklim. “Saat ini saja satu dari empat orang di dunia sudah kesulitan mendapatkan akses terhadap safe dringking water. Empat dari 10 orang di dunia kesulitan mendapatkan akases untuk sanitasi,” katanya.
Karena akses terhadap air dan sanitasi yang kurang memadai bagi sebagian daerah di dunia, maka setiap hari ada 1.200 anak di bawah lima tahun yang meninggal karena diare. “Dari situ kita lihat tantangan kedepan mengenai air sangat luar biasa,” ungkapnya.
Maka untuk menekan laju krisis air, semua pihak harus terlibat dalam upaya pelestarian air dari pemerintah hingga masyarakat. “Diperlukan manajemen air yang baik, efisiensi yang dilakukan semua pihak. Mulai dari kita kalau bisa melakukan efisiensi air, itu sudah membantu upaya dunia mengatasi tantangan air,” ujarnya.
Dalam bukunya yang berjudul The Unhabitable Earth, David Wallace-Wells, mengatakan pada 2020, sebanyak 250 juta orang di Afrika menghadapi kekurangan air akibat perubahan iklim. Pada 2050, diprediksi satu miliar orang Asia kekurangan air.
Pada tahun yang sama, Bank Dunia mendapati ketersediaan air tawar di kota-kota di seluruh dunia dapat menurun sampai dua pertiga. Secara keseluruhan, menurut PBB lima miliar orang dapat kesulitan mengakses air tawar pada tahun tersebut.
Padahal, selama tiga dasawarsa kedepan diprediksi kebutuhan air untuk sistem pangan dunia naik sekitar 50%, untuk industri naik 50%-70% dan untuk energi 85%. Perubahan iklim berikut kekeringan parah yang mengikutinya akan memperkecil pasokan air dunia.
Dalam penelitian berjudul High and Dry, Bank Dunia mengugkapkan terkait dampak perubahan iklim, efisiensi air sama mendesak dan pentingnya dengan efisiensi energi. Tanpa adaptasi berarti dalam distribusi sumber daya air, Bank Dunia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu kawasan dapat menurun 7%-14%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pendaki Magetan Meninggal di Gunung Lawu, Diduga Hipotermia
Advertisement

Perayaan HUT Kemerdekaan RI, Semarak Merah Putih Berkibar di Candi Prambanan, Borobudur dan Ratu Boko
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal dan Tarif Bus DAMRI Bandara YIA ke Jogja hingga Kebumen
- Jadwal Angkutan Sinar Jaya dari Jogja ke Pantai Baron dan Drini Gunungkidul
- Jadwal Bus Sinar Jaya dari Jogja ke Pantai Parangtritis PP
- Jadwal KRL Solo Jogja Akhir Pekan Ini 16-17 Agustus 2025, Berangkat dari Stasiun Palur
- Jadwal Layanan SIM Keliling di Gunungkidul pada Sabtu 16 Agustus 2025
Advertisement
Advertisement