Advertisement
DIES NATALIS UGM: Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan
Mahasiswa KKN PPM UGM bersama Wakil Rektor UGM, Arie Sujito, menanam 540 bibit terumbu karang di Nagari Mandeh, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. - Istimewa.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sebagai bentuk tanggung jawab institusional terhadap kemanusiaan dan pembangunan berkelanjutan menyusul terjadinya bencana banjir bandang dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara, Universitas Gadjah Mada membentuk Emergency Response Unit.
UGM juga memberikan bantuan langsung kepada masyarakat terdampak melalui penggalangan dana bersama sivitas, mitra dan alumni. UGM juga mengakomodasi kebutuhan mahasiswa yang berasal dari wilayah terdampak. Tercatat ada 217 mahasiswa UGM yang terdampak bencana, terdiri dari 81 mahasiswa dari Aceh, 93 dari Sumatra Utara, dan 43 dari Sumatra Barat.
Advertisement
Selain mendata mahasiswa terdampak, UGM juga memberikan bantuan serta pendampingan. UGM juga memberangkatkan sukarelawan yang terdiri dari tim medis beranggotakan dokter spesialis lintas disiplin, perawat, apoteker, nutrisionis, dan sanitarian dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) dan RSA UGM ke lokasi bencana.
Tim bertugas mendata kebutuhan obat-obatan dan alat medis, serta berkoordinasi dengan rumah sakit setempat untuk memastikan layanan kesehatan tetap berjalan optimal. Selama masa tanggap darurat ini, UGM sudah mengirim empat tim medis secara bergantian untuk memberikan bantuan kesehatan sekaligus memetakan kapasitas rumah sakit di Aceh.
BACA JUGA
Sementara dari Tim Psikososial, UGM memberikan perhatian khusus pada pemulihan psikologis penyintas. Tim ini berperan mendampingi korban secara langsung di lokasi bencana. Tim juga menggelar pelatihan pendampingan psikososial bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala.
Untuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, UGM menyusun rekomendasi yang dapat digunakan oleh pemerintah meliputi penyediaan hunian sementara, pemulihan ekonomi serta sosial budaya, hingga pembahasan aspek hukum dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., pada puncak peringatan Dies Natalis ke-76 Universitas Gadjah Mada di Grha Sabha Pramana, Jumat (19/12), menyampaikan belasungkawa dan simpati atas musibah yang terjadi di Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh. “Semoga keluarga terdampak senantiasa diberikan kesabaran, ketabahan, pemulihan yang cepat, serta nantinya lebih kuat,” katanya.
Dikatakan Ova, UGM turut menjadi bagian dari gerakan solidaritas untuk membantu masyarakat yang terdampak musibah dengan mengirimkan bantuan ke lokasi bencana. UGM juga mengembangkan geoportal basis data, melakukan kajian eksisting bencana, menyusun standar operasional prosedur (SOP) dan mitigasi bencana, menyusun skenario rehabilitasi dan rekonstruksi, melakukan pendampingan psikososial, dan mengelola komunikasi publik terkait dengan mitigasi bencana.
Bahkan untuk memperkuat kontribusi kemanusiaan, UGM juga bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk alumni, filantropis, BRIN, dan Pemerintah Pusat. “Berbagai inisiatif tersebut, saat ini diintegrasikan dengan langkah pemerintah pada masa tanggap darurat dan dalam penyusunan roadmap rehabilitasi rekonstruksi yang dikoordinasi oleh Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,” ujarnya.
Kampus Berdampak
Tema Dies Natalis yang diusung yakni Kampus Sehat, Pilar Kemandirian dan Ketahanan Bangsa, menegaskan kembali UGM dalam menjaga muruah institusi pendidikan tinggi yang berkomitmen menyediakan ruang pendidikan, serta ekosistem akademik bermutu dan berdampak. Upaya ini merupakan bentuk tanggung jawab UGM terhadap kemanusiaan, solidaritas kebangsaan, dan mendorong model pembangunan berkelanjutan yang adaptif terhadap perubahan iklim.
Di 2025 UGM berhasil menunjukkan berbagai kontribusi pengembangan di bidang kualitas sumber daya manusia, sosial-kemasyarakatan, dan perekonomian yang menjangkau aneka sektor, mulai dari upaya mendorong kemandirian bahan baku obat dan alat-alat kesehatan, penanganan stunting, TBC, mewujudkan kedaulatan pangan dan transisi energi yang berkeadilan, hingga adaptasi lingkungan, pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan, dan pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat. Dalam berbagai proses tersebut, UGM senantiasa berpegang pada tiga prinsip, yakni merakyat, mandiri, dan berkelanjutan.
Sebagai universitas nasional, UGM memegang mandat sosial untuk menyelenggarakan fungsi pendidikan tinggi yang berkualitas serta terjangkau oleh masyarakat. Untuk menjaga keterjangkauan biaya pendidikan, UGM merancang program beasiswa. Pada 2025, UGM menggandeng 229 mitra penyedia beasiswa dan menjangkau sekitar 18.617 mahasiswa penerima manfaat.
Untuk menjamin peningkatan kualitas pendidikan, perluasan akses publik bagi pendidikan, dan penguatan daya saing SDM nasional, UGM merancang Ekosistem Pembelajaran Inovatif (EPI) sebagai wujud transformasi pendidikan tinggi dalam menjawab tantangan masa depan.

UGM melakukan panen raya perdana padi Gamagora (Gadjah Mada Gogo Rancah) 7 di Ngawi, Jawa Timur. Panen di lahan seluas 1,5 hektare milik warga di Desa/Dusun Guyung, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, ini mampu menghasilkan sebanyak 9.6 ton gabah kering panen per hektare. /Istimewa-UGM.
Inovasi dihadirkan dalam EduTech, melalui penyediaan MOOC di platform LMS eLOK untuk kalangan internal, dan UGM Online untuk publik. EPI yang dapat diakses oleh masyarakat merupakan bentuk nyata komitmen inklusivitas pengetahuan UGM. Langkah-langkah strategis ini tidak lain untuk mewujudkan UGM yang merakyat dan inklusif.
Penguatan ekosistem inovasi berbasis kolaborasi dapat dilakukan melalui video diseminasi pengetahuan, yang efektif dalam menyebarkan informasi, menginspirasi kolaborasi lintas disiplin, dan memperkuat integrasi inovasi. “UGM merilis 854 video diseminasi pengetahuan dari berbagai kluster di UGM, termasuk 531 video karya dosen yang tersedia di UGM Channel,” kata Ova.
Ova menyebutkan sampai sekarang ini jumlah alumni UGM tercatat sebanyak 410.128 orang yang tersebar di berbagai daerah hingga ke manca negara.
Karya Riset dan Inovasi
Membangun kemandirian universitas berarti juga membangun sebuah pilar kedaulatan bangsa. Universitas dalam hal ini memiliki peran krusial dan menjadi pusat inovasi teknologi serta hilirisasi riset sebab bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang memiliki kemandirian secara intelektual dan teknologi. “Kita semua tentu meyakini bahwa riset dan inovasi menjadi elemen sangat penting bagi penguatan posisi pendidikan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan,” tuturnya.
Luaran hasil riset, inovasi, dan prototipe produk yang dihasilkan pendidikan tinggi diharapkan mampu menopang kedaulatan bangsa.
Perjalanan UGM hingga berusia 76 tahun ini tidak hanya melahirkan tokoh kepemimpinan bangsa dan para penggerak pembangunan sosial ekonomi di berbagai bidang, tetapi juga melahirkan berbagai karya riset dan inovasi yang dibutuhkan industri. Di bidang energi, UGM berhasil mengembangkan inovasi untuk sumber alternatif Energi Baru Terbarukan (EBT) Biodiesel dan Bioetanol dalam kawasan hutan, yakni pengembangan bioetanol dari tanaman sorgum.
Di bidang pangan, inovasi UGM menghasilkan berbagai komoditas pangan dan pengolahan melalui label Gamafood. Di bidang teknik, berbagai inovasi juga telah dilahirkan dan diserap industri. Sementara, di bidang sosio humaniora, berbagai engineering kebijakan dan penguatan fondasi masyarakat semakin meneguhkan relevansi kampus terhadap tantangan sosial.
Khusus di bidang inovasi kesehatan dan farmasi, UGM berhasil melakukan hilirisasi produk seperti Rapid Assessment Diabetic Retinopathy (RADR), RZ-VAC (Vacuum Assisted Closure), Dental SilkBon, Divabirth, Aphrofit, dan Konilife Memora. Ada juga ImunoGama Konilife Memora, Essonina, OST-D, Hesdrink.
Untuk publikasi internasional, tercatat sebanyak 1.825 publikasi yang didominasi artikel jurnal dengan melibatkan 690 kolaborasi internasional. UGM juga terus mendorong riset yang melibatkan kolaborasi termasuk kolaborasi dengan peneliti yang berasal dari berbagai institusi dan negara yang berbeda. “UGM cukup berbangga, di tahun ini ada 14 dosen UGM masuk Top 2% World Scientist 2025 yang dirilis oleh Stanford University, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya 7 dosen,” katanya.
Untuk hilirisasi dan komersialisasi riset, UGM juga melakukan penguatan dan pengawalan inovasi dengan tingkat kesiapan teknologi dimana adanya penerimaan royalti dari hasil Inovasi produk yang diadopsi oleh Mitra Industri seperti Pengiriman tahap pertama 10 ton Benih Gamagora ke PT. Agrinas, Hilirisasi Ventilator Venindo, dan Makloon Coklat UGM CTLI untuk ATJ dan Tokyo Food. “Untuk padi Gamagora, produksi benih sudah mencapai 28,6 ton yang tersebar di 15 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Pengabdian kepada Masyarakat
Menjadi Universitas Berdampak juga menyangkut bagaimana memberdayakan masyarakat. Di arena ini, UGM mengembangkan pengetahuan tepat guna melalui program pengabdian dan KKN-PPM atau KKN Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat yang menjadi bagian dari program inklusif berdampak bagi masyarakat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Sepanjang 2025, UGM telah menerjunkan sekitar 9.242 mahasiswa ke 35 provinsi, 28 kabupaten/kota dan lebih dari 500 desa/kelurahan.
Program ini juga berhasil memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan Kagama untuk pengembangan inovasi maupun peningkatan advokasi sosial sebagai bentuk penguatan kapasitas masyarakat.
Ova menegaskan usaha kolektif yang bersifat kelembagaan dalam penguatan pendidikan, riset, publikasi dan reputasi alumni tercermin dalam hasil pemeringkatan QS WUR UGM yang pada 2026, di mana UGM berhasil mencapai peringkat ke-224 dunia, atau melompat 15 tingkat dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, indikator Academic Reputation, yang menjadi salah satu komponen utama dalam QS WUR, juga berhasil naik 11 peringkat menjadi peringkat 134 dunia.
Di pemeringkatan QS Sustainability Ranking 2026, UGM menduduki peringkat pertama di Indonesia dan peringkat 409 di tingkat global. Capaian ini mencerminkan upaya UGM yang berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial.
“Terima kasih kepada seluruh sivitas universitas dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi positif bagi pengembangan UGM. Kita selalu berupaya untuk membangun kemandirian. Namun, translasi kemandirian bangsa ini tentu memerlukan upaya kolektif kita semua sebagai bangsa dan negara,” kata Ova. (ADV)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Sleman Hentikan Infrastruktur Sampah 2026, Fokus Transfer Depo
- Bupati Bantul Terbitkan SE Gemar, Ayah Wajib Ambil Rapor
- BPBD Gunungkidul Gandeng Klaten untuk Tangani Bencana di Perbatasan
- Kejari Bantul Periksa Lurah dan Plt Carik Wonokromo
- Polresta Sleman Siapkan Rekayasa Lalu Lintas Prambanan Hadapi Nataru
Advertisement
Advertisement





