Perguruan Tinggi Diminta Berperan Sukseskan Target Net Zero Emission
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Industri migas saat ini dihadapkan pada isu lingkungan. Gas di Indonesia selalu ada ikutan CO2. Sehingga hal ini yang perlu ditangani agar sumber daya gas yang ada di Indonesia bisa terus dikembangkan.
Hal ini disampaikan Dirjen Migas, Tutuko Ariadji, dalam Konvensi dan Seminar V dengan tema Peran Badan Kejuruan Teknik Perminyakan dan Geothermal Persatuan Insinyur Indinesia (BKTMG-PPI) di Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta, Sabtu (28/1/2023).
Advertisement
BACA JUGA : 40 Persen Emisi Karbon Dampak dari Properti, PLTS Bisa
Ia menuturkan tanpa penanganan, pada 2060, Indonesia diprediksi akan menghasilkan 1,9 giga ton CO2. Emisi ini tidak bisa dihilangkan sampai 0, namun emisi yang dikeluarkan harus ditangani. “Salah satu yang dilakukan pemerintah adalah dengan fishing out Pembangkit Listrik Batubara,” ujarnya.
Pemerintah tidak mengizinkan Pembangkit Listrik Batubara yang baru. Sedangkan untuk yang sudah ada tetap diteruskan. “Dari yang baru itu akan mengeluarkan emisi CO2 cukup besar. Perkembangannya luar biasa emisi ini jika tidak ditangani,” katanya.
Indonesia sebenarnya memiliki Carbon Capture and Storage [CCS] yang mencukupi, yakni sekitar 80 giga ton CO2 pada saline aquifer. Masalahnya, biaya CCS masih cukup tinggi. “Jadi ini diperlukan perguruan tinggi dan BKTMG, mengantisipasi teknologi yang bisa mengurangi cost ini,” ungkapnya.
Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Irhas Efendi, menuturkan dalam mencapai target net zero emission, UPN Veteran Yogyakarta sebagai institusi pendidikan turut mengambil peran melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta pengembangan sumberdaya manusia yang professional.
BACA JUGA : Penggunaan Biomassa di PLTU untuk Kurangi Emisi Karbon
“Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat [LPPM], berbagai produk Energi Baru Terbarukan [EBT] telah dihasilkan. Misalnya mengolah sorgum manis menjadi biodiesel dan mengolah kemiri sunan menjadi biofuel,” kata dia.
Di tengah proses transisi dari energi fosil ke EBT, pihaknya juga mendorong agar mahasiswa UPN Veterab Yogyakarta mempunya keahlian di bidang pengambangan EBT. Meski energi fosil seperti minyak dan gas serta batubara tidak serta merta ditinggalkan.
“Proses transisi energi menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana UPN Veteran Yogyakarta yang juga memiliki konsen di sektor energi menyikapi transisi ini. Harus lebih bisa melihat peluang, pemanfaatan energi-energi yang bersifat baru atau terbarukan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Angka Kemiskinan Sleman Turun Tipis Tahun 2024
- Perluasan RSUD Panembahan Senopati Bantul Tinggal Menunggu Izin Gubernur
- Gunungkidul City Run & Walk 2024: Olahraga, Pariwisata, dan Kebanggaan Daerah
- Resmi Diluncurkan, 2 Bus Listrik Baru Trans Jogja Bertahan hingga 300 Km Sekali Isi Daya
- Kemiskinan Sleman Turun Tipis, BPS Sebut Daya Beli dan Inflasi Jadi Biang
Advertisement
Advertisement