Penyebab Suka Pamer Alat Kelamin, Adakah Obatnya?
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pamer alat kelamin secara langsung maupun melalui video call disebut juga dengan eksibisionisme.
Mengutip Alodokter, eksibisionisme adalah suatu bentuk penyimpangan seksual dengan memamerkan alat kelamin di tempat umum, terutama ke lawan jenis, untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Advertisement
Eksibisionisme merupakan bagian dari gangguan seksual parafilia. Parafilia adalah dorongan, gairah, fantasi, atau perilaku seksual yang menyimpang dengan melibatkan objek, aktivitas, atau situasi yang bagi orang pada umumnya tidak menimbulkan gairah seksual.
Lantas apa penyebab gangguan seksual eksibisionisme ini?
Penyebab gangguan seksual ekshibisionisme belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor diduga dapat menyebabkan atau meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini. Meski demikian, faktor-faktor tersebut masih diperdebatkan dan perlu diteliti lebih lanjut. Faktor yang dimaksud adalah:
Baca juga: Nekat Jadi Jukir Liar di Jogja? Siap-siap Didenda Rp50 juta atau Kurungan 3 Bulan
Faktor genetik dan neuropsikologis
Gangguan seksual ekshibisionisme diduga disebabkan oleh terganggunya perkembangan otak janin sejak dalam kandungan.
Faktor trauma masa kecil
Beberapa peristiwa yang menyebabkan trauma pada masa kecil, seperti pelecehan seksual, penderitaan emosional, serta kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami ekshibisionisme.
Fantasi seksual yang menyimpang dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme untuk mengatasi trauma masa kecil tersebut (coping mechanism).
Faktor lain
Beberapa faktor lain juga dapat meningkatkan risiko terjadinya perilaku ekshibisionisme, seperti kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, dan kurangnya rasa percaya diri.
Bisakah diobati?
Dilansir dari halodoc pengobatan eksibisionis biasanya mencakup psikoterapi dan pengobatan medis. Penelitian menunjukan bahwa perawatan terapeutik efektif dalam mengobati gangguan tersebut. Perawatan tersebut dilakukan dengan alat untuk mengontrol impuls pengidap, dan menemukan cara yang lebih dapat diterima untuk mengatasi dorongan untuk menunjukkan alat kelamin pada orang lain.
Selain itu, terapi perilaku kognitif juga dapat mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan dorongan pengidap, dan kemudian mengelola dorongan tersebut dengan cara yang lebih sehat.
Sementara itu pendekatan psikoterapi lainnya dapat dilakukan. Seperti pelatihan relaksasi, pelatihan empati, pelatihan keterampilan untuk mengatasi ketika munculnya hasrat seksual, serta restrukturisasi kognitif (mengidentifikasi dan mengubah pikiran yang mengarah pada eksibisionisme).
Beberapa obat-obatan juga dapat membantu mengobati gangguan eksibisionis. Contohnya obat-obatan yang menghambat hormon seksual, yang mengakibatkan penurunan hasrat seksual. Beberapa obat yang umum digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan suasana juga dapat diberikan untuk mengurangi hasrat seksual.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Viral Aksi Mesum Parkiran Abu Bakar Ali Jogja, Satpol PP Dorong Adanya Kontrol Sosial
- Pemkot Berkomitmen Selesaikan Sampah dari Hulu sampai Hilir
- Dorong Pilkada Lebih Fair dan Bermartabat, PDIP Kulonprogo Bentuk Satgas OTT Politik Uang
- Hujan Deras, Dapur di Rumah Warga Kasihan Bantul Roboh Timpa Penghuni
- Bencana Hidrometeorologi, Pemkab Gunungkidul Segera Tetapkan Status Siaga
Advertisement
Advertisement